“Ada kekhawatiran bahwa anak-anak akan menemukan produk ini dan memakannya, berpikir itu adalah permen biasa. Ini bisa menjadi pengalaman yang sangat traumatis, dan bahkan ada beberapa indikasi berbahaya bagi fisik anak-anak,” tutur MacCoun, seperti dilansir Livescience.com.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 menemukan adanya kasus keracunan makanan pada anak-anak tak lama setelah permen ganja ini dilegalkan. Kebanyakan dari anak-anak tersebut terpaksa harus menjalani perawatan medis.
Bahaya lainnya timbul dari kandungan THC (tetrahydrocannabinol, zat yang menghasilkan efek melayang-layang) yang lebih tinggi 4-5 kali dari batas aman yang berimbas pada tubuh. “Pada dosis tinggi, THC dapat menimbulkan serangan kecemasan serius dan gejala psychotic-like (ganguan psikologis, red),” terang MacCoun.
Dengan menyadari potensi bahayanya, sebuah studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine oleh MacCoun dan rekan sejawatnya Michelle Mello, menulis agar mengurangi potensi bahaya dari permen ganja tersebut dengan mengubah kemasan produk tidak menyerupai kemasan permen, makanan atau minuman serta harus dibubuhi label dan peringatan agar dijauhkan dari jangkauan anak-anak. “Ini adalah langkah yang masuk akal, tetapi tak sepenuhnya melindungi anak-anak,” terang MacCoun.
Bila hal ini tidak diperhatikan, maka legalisasi permen ganja ini akan berimbas pada rusaknya masa depan generasi mendatang. Dan bagi setiap orang tua sepatutnya memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi anak-anak Anda.
Sumber : Livescience.com/jawaban.com/ls