Siklus KDRT yang Umum Terjadi
Sumber: Google

Marriage / 6 March 2015

Kalangan Sendiri

Siklus KDRT yang Umum Terjadi

Theresia Karo Karo Official Writer
4754
Berdasarkan studi Badan Kesehatan Dunia (WHO), satu dari tiga wanita yang ada di dunia pernah mengalami kekerasan fisik dalam rumah tangga. Relasi personal disertai siklus kekerasan dengan pola berulang kerap menyebabkan para korban terus mengembangkan harapan. Rasa cinta, kasihan, atau budaya seringkali menjadi alasan dan menghambat para korban untuk keluar dari perangkap kekerasan.

Pada umumnya siklus kekerasan yang bergulir adalah sebagai berikut:
  1. Dimulai dengan individu tertarik dan mengembangkan hubungan.
  2. Individu dan pasangan mulai lebih mengenal satu sama lain. Kemudian keduanya “tampil asli” dengan karakteristik dan tuntutan masing-masing. Muncul konflik dan ketegangan.
  3. Terjadi ledakan dalam bentuk kekerasan. 
  4. Ketegangan mereda. Korban terkejut dan memaknai apa yang terjadi. Pelaku bersikap “baik” dan mungkin meminta maaf.
  5. Korban merasa “berdosa” (bila tidak memaafkan), korban menyalahkan diri sendiri karena merasa atau dianggap menjadi pemicu kejadian, korban mengembangkan harapan akan hubungan yang lebih baik. 
  6. Periode tenang tidak dapat bertahan. Kembali muncul konflik dan ketegangan, disusul ledakan kekerasan lagi, demikian seterusnya.
  7. Korban “terperangkap”, merasa bingung, takut, bersalah, tak berdaya, berharap pelaku menepati janji untuk tidak melakukan kekerasan lagi, dan demikian seterusnya.
  8. Bila tidak ada intervensi khusus (internal, eksternal) siklus kekerasan dapat terus berputar dengan perguliran makin cepat, dan kekerasan yang semakin intens.
  9. Sangat destruktif dan berdampak merugikan secara psikologis (dan mungkin juga fisik).

Jumlah kekerasan yang ditemukan oleh WHO menunjukkan bahwa, diperlukan upaya lebih dari yang sudah dilakukan saat ini untuk meminimalisir kasus KDRT. Diharapkan juga agar para korban tidak hanya diam, namun secara sadar menjalin komunikasi dengan pasangan atau meminta bantuan dari pihak luar. Agar kejadian yang sama tidak terulang atau bertambah buruk. Akan lebih baik bila pencegahan dilakukan sejak dini.

Sumber : Psikologikita/Voaindonesia.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami