Berpijak Pada Tempat Yang Sama Datar
Sumber: visualphotos.com

Marriage / 29 January 2015

Kalangan Sendiri

Berpijak Pada Tempat Yang Sama Datar

Puji Astuti Official Writer
4171

Beberapa kali penulis bertemu dengan pasangan suami istri yang tidak berpijak pada tempat yang sama datar sehingga menimbulkan banyak masalah dalam keluarga tersebut. Salah seorang dari kedua pasangan tersebut berpijak pada tempat yang lebih tinggi dan yang lain pada tempat yang lebih rendah dalam kehidupan bersama sebagai suami dan istri. Alkitab mengatakan kebenaran saat Alkitab berkata bahwa suami adalah kepala rumah tangga dan istri adalah pendamping suami, namun demikian bukan berarti bahwa suami berpijak pada tempat yang lebih tinggi, sehingga suami dapat mengontrol setiap orang dalam rumah tangga tersebut atau menjadi yang maha benar. Demikian juga istri tidak dapat menjadi sebuah pribadi yang mendominasi perjalanan keluarga tersebut. Baik Suami maupun istri harus berpijak pada tempat yang sama datar dalam menjalankan fungsi masing-masing sebagai suami, istri, ayah maupun ibu.

Jika salah satu pihak baik suami maupun istri berpijak pada tempat yang lebih tinggi, sesungguhnya suami ataupun istri tersebut sedang mengirimkan sebuah pesan bahwa dia jauh lebih baik dari pihak lainnya dan sikap rendah hatipun tidak dimiliki oleh pribadi yang meninggikan dirinya tersebut. Suami atau istri yang berprilaku seperti itu menganggap dirinya sempurna, karena itu ia akan selalu menemukan kesalahan pada pasangan hidupnya dan sikap mengampunipun tidak dimilikinya. Orang yang menganggap dirinya sempurna sedang menyetarakan dirinya sama dengan Tuhan yang Maha Sempurna dan orang tersebut tidak mempunyai ruang gerak untuk bertumbuh lagi karena ia sudah sempurna dan karena itu ia beranggapan bahwa ia tidak dapat membuat kesalahan. Karena orang yang merasa dirinya sempurna selalu merasa benar dan tidak dapat khilaf apalagi membuat kesalahan dan karena itu ia tidak boleh ditegur - Alkitab mengkategorikan orang seperti ini sebagai orang bodoh atau pencemooh (Amsal 9:7-9). Akan tetapi orang tersebut lupa bahwa ia masih hidup didunia yang fana, dimana dagingnya masih dapat bekerja serta emosinya dapat mengontrol keputusan atau tindakan yang diambilnya.

Hanya orang yang bersedia merendahkan dirinya mampu melihat ketidak sempurnaannya dalam berbagai bentuk kesalahan yang dilakukannya, bersedia mengakuinya serta merubah kesalahan tersebut. Orang seperti ini mempunyai ruang gerak untuk bertumbuh dan Alkitab mengkategorikan orang seperti ini sebagai orang bijak (Amsal 9:7-9). Suami dan istri harus berpijak pada tempat yang sama datar yang merupakan syarat mutlak untuk menikmati keintiman diantara kedua orang yang menikah tersebut. Orang yang merasa dirinya sempurna (orang bodoh atau pencemooh) hanya mampu melihat bahwa kesalahan hanya terdapat diluar dirinya sedangkan orang yang bijaksana mampu melihat kesalahan didalam dirinya sendiri sehingga ia tidak hidup untuk selalu mengecam orang lain atau hanya melihat kesalahan orang lain. Jika Anda selaku suami atau istri dari terbit sampai terbenamnya matahari hanya memusatkan perhatian Anda untuk melihat atau mencari kesalahan dalam kehidupan orang lain, maka sesungguhnya Andalah yang bermasalah.

Orang yang bijaksana mampu melilhat kesalahannya dan bersyukur serta berterima kasih pada orang yang bersedia menunjukkan kesalahan tersebut dan solusinya. Orang yang bodoh karena merasa dirinya sempurna akan mudah tersinggung dan  marah pada saat ia diberi pengajaran sehingga ia terus menerus hidup dalam kekurangannya (kekurangan budi pekerti; kekurangan akhlak; kekurangan pengetahuan; kekurangan kerendahan hati; kekurangan pengontrolan diri, dan sebagainya). Bagi suami dan istri yang memilih pasangan hidupnya dari penampilan luar (cantik, ganteng, kaya, rapi dan sebagainya) akan menikmati karakter yang sebenarnya pada saat menikah. Karena itu penulis mengajak para pembaca sekalian yang belum menikah untuk membuka mata Anda lebar-lebar untuk melihat kedalaman karakter dari calon pasangan hidup Anda karena bersabar buat sementara waktu jauh lebih berguna dari pada tergesa-gesa dalam mengambil keputusan yang nantinya akan Anda sesali setelah menikah.

Bagi Anda yang telah menikah, saat Anda membaca tulisan ini, Andapun masih dapat berbalik dari kesalahan Anda jika Anda bersedia merendahkan diri Anda untuk meminta maaf atas kekhilafan dan kesalahan Anda dan Anda bersungguh-sungguh bersedia untuk memperbaikinya. Dalam Anda berusaha memperbaiki kesalahan Anda, Anda dapat meminta bantuan dari seorang profesional yang mengerti bidangnya dan dapat membantu Anda yang berusaha memperbaiki hubungan Anda dengan pasangan hidup Anda. Bukankah ini jauh lebih baik dari pada mengakhiri pernikahan Anda karena Anda merasa diri Anda yang benar dan menolak secara mutlak bahwa Anda juga dapat mengkontribusikan kerusuhan yang timbul dalam rumah tangga Anda berdua. Penulis mengajak Anda sekalian untuk dapat melihat bahwa kita sekalian adalah manusia yang tidak sempurna yang dapat membuat kesalahan dan olehnya membutuhkan pengampunan dan pertolongan untuk dapat memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat.

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org


Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami