Kasih tak sampai itu pun berujung tragis karena membuat Tugiris depresi. Dengan gelap mata, Tugiris tega menghabisi nyawa Ani dengan sebuah celurit. “Entah setan apa yang merasuki saya. Saat itu saya gelap mata. Saya langsung menyabitkan celurit saya ke leher Ani,” terang Tugiris.
Setelah tragedi pembunuhan itu, Tugiris sadar diri bahwa dirinya telah membunuh seseorang yang justru sangat disayanginya. Penyesalan tetaplah penyesalan, perbuatannya tetap harus dipertanggungjawabkan di depan hukum.
Tepat pada 20 April 1996, Tugiris pun divonis penjara selama 12 tahun. “Kondisi di dalam penjara itu sangat menakutkan, membuat saya merasa stres. Sehingga saya merasa tidak ada harapan lagi (masa depan). Saya menyerahkan diri total kepada Tuhan minta ampun kalau dalam penjara inilah akhir hidup saya”.
Selama enam tahun dalam penjara, Tugiris banyak dibentuk. Dirinya mengaku sangat menyesali perbuatannya. Permohonan maaf pun disampaikannya kepada keluarga Ani yang pastinya mengutuki perbuatan Tugiris.
“Selama enam tahun dalam penjara itu cukup buat membentuk hidup saya. Baik secara rohani maupun kehidupan saya. Sehingga saya bisa tahu mana yang salah mana yang benar”.
Baru menjalani hukuman selama tujuh tahun, Tugiris mendapatkan remisi atas sikap dan kelakuannya yang baik selama di penjara. “Setelah saya bebas dari penjara saya bersyukur kepada Tuhan. Karena saya masih diterima di tengah masyarakat sampai saat sekarang ini”.
Saya mengerti sekarang kalau dulu saya pernah luka batin, sakit hati. Tapi saya tidak mencari obatnya kepada Tuhan. Malah saya mencari obatnya dengan akal saya sendiri. Saya bercerita kepada orang, maka saya jadinya salah hanya saya bisa jadi seorang pembunuh. Kalau andai kata saya dulu mencari obatnya kepada Tuhan mungkin tidak akan ada dalam penjara”.
Luka hati yang membuatnya gelap mata memang sudah disesalinya. Kini Tugiris berkomitmen untuk menyerahkan segala luka yang ia alami kepada Tuhan. “Saat ini saya akan menjalani kehidupan saya bersama istri. Sekalipun saya sebagai tukang ojek tapi saya akan jalani dengan penuh kedamaian karena penyertaan Tuhan yang sekarang saya rasakan”.
Sumber : Tugiris