Hal ini dibenarkan oleh profesor klinis dermatologi dari Yale University, Mona Gohara, M.D. “Dari sudut pandang ilmiah hal itu benar-benar masuk akal. Seiring berjalannya waktu, kolagen dan elastisitas kulit berkurang. Tapi hal ini secara progresif terjadi mulai dari usia 30 hingga 40 tahun,” ujar Mona.
Ia menjelaskan, saat wajah secara berulang menggunakan otot-otot di wajah untuk tersenyum, garis senyum akan terbentuk. Demikian hal dengan mengerutkan alis, menaikkan otot dahi, bahkan berbicara. Meski begitu, Mona tidak mengajurkan untuk berhenti tersenyum, sebab saat berbicara pun garis-garis di sekitar mulut akan mengaktifkan otot-otot bagian wajah meski dalam ekspresi normal.
Mungkin secara ilmiah senyum memang dapat menyebabkan kerutan, tetapi tersenyum juga sangat bermanfaat bagi kesehatan karena berfungsi sebagai pemijat wajah dan membantu peredaran darah, antioksidan dan endorfin ke permukaan kulit.
Selain tersenyum, faktor-faktor penyebab keriput yang paling berdampak adalah paparan sinar matahari tanpa perlindungan, pola makan yang buruk dan kebiasaan minum alkohol dan merokok yang berlebihan.
Anda tak perlu pelit dengan senyuman karena Anda dapat menghindari proses keriput dengan cara menerapkan pola makan yang baik. Seperti menerapkan pola diet dengan berbagai buah-buahan dan sayuran setiap hari. Serta mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan tinggi, seperti apel, blueberry, kemiri, ceri, kacang-kacangan dan stroberi. Selain itu, hindari kebiasaan minum alkohol dan merokok. Sebagai pencegahan dari luar, Anda perlu melindungi wajah dengan lotion atau pelembab wajah yang memiliki kandungan penangkal dari sengatan matahari.
Tak ada yang benar-benar bisa mengalahkan senyuman sebagai ekspresi kebahagiaan dan keindahan. Mungkin tak sedikit orang yang harus mengurangi tersenyum untuk menjaga wajahnya dari keriput, namun betapa sayangnya bila melewatkan senyuman hangat yang dapat memberkati orang lain dan tawa lepas bersama yang lain.
Sumber : Vivawoman.net/Liputan6.com/ls