Perkataan "kekudusan" dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai "holiness". Dalam Alkitab "kekudusan" atau "holiness" diartikan sebagai "dikhususkan untuk Tuhan secara utuh dan terpisah dari si jahat". Kekudusan menggambarkan terhubungnya seseorang dengan Tuhan dengan sikap menolak segala sesuatu yang tidak berasal dari padaNya.
Hubungan yang utuh ini tidak mungkin terjadi jika yang bersangkutan membawa luka-luka masa lampaunya kedalam hubungannya dengan Tuhan. Luka-luka masa lampau ini (kemarahan, kepahitan, pengalaman masa lampau yang memalukan, dan sebagainya) akan memisahkan yang bersangkutan untuk dapat seutuhnya melekat pada Tuhan. Luka-luka masa lampau ini merupakan sebuah penghalang bagi yang bersangkutan untuk dapat sepenuhnya melekat pada Tuhan atau bahkan merupakan penghalang bagi yang bersangkutan untuk dapat berhubungan dengan Tuhan. Jika kemarahan, kepahitan dan pengalaman masa lampau yang memalukan tersebut oleh yang bersangkutan dibawa kehadapan Tuhan untuk diakuinya secara tulus, pemulihan dapat terjadi.
Hal yang sama dapat kita lihat dalam kehidupan suami dan istri, mereka bukan dua lagi melainkan satu, karena itu apa yang telah dipersatukan Tuhan jangan tidak boleh diceraikan manusia (Matius 19:6). Namun kemarahan dan kepahitan masa lampau serta masa lampau yang memalukan dapat menghalangi pemersatuan suami dan istri sehingga mereka tetap dua, dipisahkan oleh masalah serta trauma masa lampau. Tidak jarang suami dan istri saling menyimpan dendam, kemarahan serta kepahitan karena saling menyakiti diantara mereka berdua. Bukankah dengan demikian sesungguhnya mereka tidak bersatu sebagai satu kesatuan yang dikuduskan Tuhan, melainkan terpisah oleh masalah-masalah yang ada dan belum terselesaikan. Saling mengaku dan memaafkan akan memulihkan hubungan suami dan isteri ini.
Tidak jarang dalam menyelesaikan masalah yang ada suami dan isteri merubah sesuatu yang salah yang sebenarnya tidak perlu dirubah sehingga perubahan yang mereka lakukan hanyalah bersifat kosmetik dan akar permasalahan sesungguhnya masih bercokol dihati masing-masing. Solusi yang salah tidak pernah menyelesaikan masalah yang ada. Untuk dapat menyelesaikan masalah yang ada solusi yang diambil harus benar, masalah yang ada harus disingkirkan bukan gejalanya dan kedua belah pihak harus berbicara bahasa yang sama. Dengan demikian kedua belah pihak akan fokus pada pembenahan akar permasalahan yang ada melalui proses yang benar.
Tuhan Yesus memberikan sebuah contoh yang sangat bagus dalam injil Matius 5:27-28 (TB), 27 "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. 28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya". "Jangan berzinah" adalah isi yang terkandung dalam hukum yang ada (content of the law), tetapi akar yang menjurus kepada perzinahan terdapat dalam hati manusia, yaitu memandang perempuan serta menginginkannya (process that leads to adultery). Pernyataan yang disampaikan Tuhan Yesus "Tetapi Aku berkata kepadamu" menunjuk kepada sebuah proses yang menjurus kepada perzinahan. Karena itu solusi yang benar adalah merubah proses yang mengarahkan orang kepada perzinahan, yaitu merubah cara memandang wanita!
Juga tertulis dalam surat Paulus kepada jemaat di Efesus 5:22 "Hai isteri tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan" dan dalam ayat 25, "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya". Perkataan "seperti" dalam ayat 22 dan "sebagaimana" dalam ayat 25 menunjukkah kepada proses yang mengarahkan kepada hasil akhir yang diingini yaitu "tunduk" dalam ayat 22 dan "kasihi" dalam ayat 25.
Penulis kembali ingin mengingatkan kita sekalian, bahwa perceraian yang ada bukanlah semata-mata disebabkan karena pernikahan yang bermasalah. Karena setiap masalah ada jalan keluarnya / solusinya. Namun demikian kebanyakan perceraian yang terjadi disebabkan karena solusi yang salah sehingga pernikahan yang ada tetap bermasalah, solusi yang mereka ambil adalah solusi yang menjurus kepada perubahan kosmetik semata-mata dan bukan merubah proses yang menjurus kepada permasalahan. Mari cari akar permasalahan dengan mencari proses yang membawa kepada permasalahan dan merubah proses tersebut untuk mencapai hasil akhir yang diingini yaitu kekudusan pernikahan dimana isteri ada untuk suami dan suami untuk isteri.
Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat.
Penulis
Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California