Cinta dan Perhatianku Padanya Dibalas Dengan Pengabaian
Sumber: jawaban.com

Family / 23 May 2014

Kalangan Sendiri

Cinta dan Perhatianku Padanya Dibalas Dengan Pengabaian

Budhi Marpaung Official Writer
9872

Namaku Susana Sriyani. Apa yang kukisahkan kini adalah sepenggal kisah rumah tanggaku dengan sang suami, Bapak Petrus Surbakti. Awal perjumpaanku dengan bapak adalah di yayasan tempat pembinaan orang-orang stres dimana aku bekerja. Ketika itu, orangtua dari bapak ingin memasukkan bapak ke yayasan dimana aku bekerja. Ketika itu bapak menolak untuk dimasukkan ke sana, tetapi dengan kesabaran dan kelembutan yang aku tunjukkan akhirnya ia mau juga direhabilitasi.

Selama di tempat rehabilitasi, aku sering mendatangi bapak dan berkomunikasi dengannya. Awalnya, ia tidak merespon sikap. Tapi lama kelamaan ia mau juga membuka diri berbicara denganku. Waktu berjalan, tak kusadari ternyata bapak menaruh hati kepadaku.

Suatu hari, ketika aku sedang berada di tempat kerja karyawan, Bapak Petrus mendatangiku. Padahal jarak antara tempat rehab dengan kantor karyawan jauhnya 10 km. Kaget, aku mengetahui bapak mendatangiku. Namun, di situ aku menjumpainya. Tanpa banyak basa-basi, bapak akhirnya mengutarakan isi hatinya kepadaku. Aku pun menerima permintaan dia untuk menjadi kekasihnya. Setelah beberapa tahun berpacaran, kami pun menikah.

Permulaan bahtera rumah tangga kami begitu indah dan mesra. Kasih dan sayang selalu kuterima dari sang suami. Namun, begitu anak pertama kami lahir, aku melihat ada perubahan di dalam diri suamiku. Ia yang dulunya hangat menjadi orang yang tidak peduli, bahkan cenderung egois. Apa yang ia lakukan di rumah hanyalah berkaitan dengan hobinya, memancing atau menonton televisi.

Di satu waktu, aku pernah menegur bapak karena sikapnya yang terus melakukan hobinya. Bukannya menyesali, bapak justru marah dan menampar saya. Tidak sampai disitu, bapak juga menyuruhku keluar dari rumah jika tidak tahan dengan sikapnya. Mendengar itu, aku pun segera mengepak pakaian dan membawa anak-anak pergi ke rumah orangtuaku. Namun, belum jauh dari gerbang rumah, aku balik lagi karena aku merasa apa yang kulakukan keliru dan bukanlah jalan keluar yang tepat.

Waktu berjalan. Ibu mertua bertemu dengan aku. Ia menanyakan kondisi keluarga kami. Di situ aku mencurahkan isi hatiku yang pedih. Empati dengan keadaanku, Ibu mertua meneguhkan aku untuk tetap bersandar pada Tuhan dan percaya bahwa Dia memberi jalan keluar terbaik bagi keluarga kami.

Pada satu ibadah yang saya datangi, saya mendengarkan khotbah yang saya rasa itu seperti berbicara kepada saya. Dikatakan pendeta yang menjadi pemberita firman hari itu, bahwa kita haruslah mengasihi orang-orang yang terhina di dunia ini, karena saat kita mengasihi orang-orang tersebut, kita berarti mengasihi Tuhan.

Suamiku memang bukan orang hina, tetapi ia merupakan orang yang tidak dianggap sekitar. Saat pertama kali aku menikah dengan bapak, aku berjanji untuk melayani bapak sepenuh hati baik suka maupun senang, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin. Aku pun tahu apa yang kulakukan salah dan aku meminta ampun kepada Tuhan, bertobat atas dosa yang kulakukan selama ini.

Sejak hari itu, sikapku memandang suami berubah. Walau pun belum bisa seratus persen melakukannya, tetapi pelan-pelan aku berusaha menerima bapak seutuhnya.

Melihat apa yang kualami dan kurasakan, aku bersyukur kepada Tuhan bahwa aku dan suami sudah mampu menjalani rumah tangga selama 20 tahun. Juga, buat anak-anak yang bertumbuh dengan baik dan dapat belajar di perguruan tinggi, serta penyertaan-Nya yang sempurna nyata hingga sekarang dalam kehidupanku dan keluarga. Aku sungguh berterima kasih kepada Tuhan.

 

Sumber Kesaksian:

Susana Sriyani

Sumber : V140519111101
Halaman :
1

Ikuti Kami