Keperawanan di Masa Kini, Harapan, Stigma dan Realita

Marriage / 23 December 2014

Kalangan Sendiri

Keperawanan di Masa Kini, Harapan, Stigma dan Realita

Puji Astuti Official Writer
8271

Dibulan Agustus 2014 lalu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Julianto Witjaksono mengungkap data mengejutkan tentang jumlah remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah. Berdasarkan data BKKBN, 46 % remaja usia 15-19 tahun sudah berhubungan seksual. Bahkan 48 hingga 51 persen wanita hamil adalah remaja.

Fakta tersebut dibenarkan oleh Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait. Berdasarkan riset Komnas tentang prilaku seks di kalangan anak SMP dan SMA, 97 % mengaku pernah menonton pornografi, 93,7 mengaku sudah tidak perawan lagi dan 21,26 mengaku sudah pernah melakukan aborsi. Survei ini dilakukan terhadap 4,726 responden pada tahun 2008. Yang lebih miris adalah dari survei tersebu, 62,7 persen anak remaja SMP sudah tak perawan dan 21,2 persen pernah melakukan aborsi.

Ada berbagai penyebab peningkatan gaya hidup seks bebas di kalangan remaja ini. Diantaranya adalah tekanan dari teman pergaulan, mudahnya mendapatkan berbagai materi pornografi, rasa ingin tahu dan kurangnya pendidikan seksual yang benar dan kurangnya bimbingan dan perhatian dari orangtua dan juga orang dewasa di sekitar mereka seperti guru, dan rohaniawan dalam permasalahan pendidikan seksual di kalangan remaja.

Harapan yang tinggi

Pada masyarakat umum, harapan agar anak-anaknya untuk menjaga keperawanan dan keperjakaannya hingga saat mereka menikah sangat tinggi. Bahkan untuk mewujudkan hal ini pernah muncul wacana adanya tes keperawanan saat penerimaan siswa baru (PSB) SMP dan SMA oleh anggota DPRD Provinsi Jambi. Demikian pula mencuatnya isu tes keperawanan bagi wanita yang ingin menjadi polisi. Tentu saja hal tersebut mendapatkan penolakan dari berbagai pihak karena dianggap tindakan diskriminatif dan merendahkan martabat wanita.

Stigma negatif

Selain harapan yang tinggi, juga ada berbagai stigma negatif berkaitan dengan keperawanan. Salah satunya adalah pandangan yang merendahkan bagi wanita yang telah kehilangan keperawanan. Namun hal ini sepertinya tidak berlaku bagipria yang kehilangan keperjakaan.

Dilain pihak ada tekanan bagi wanita atau pria yang hingga usia tertentu belum menikah juga dengan sebutan "perawan tua" atau "perjaka tua". Pandangan negatif dan tekanan terhadap keperawanan dan keperjakaan ini dinilai berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah remaja yang aktif secara seksual.

Kurangnya Pendidikan Seksual sejak dini

Salah satu yang menjadikan gaya hidup seks bebas tak terbendung adalah budaya tabu dalam masyarakat untuk membicarakan masalah seksual secara terbuka. Tindakan yang kesannya menutup-nutupi membuat anak semakin penasaran. Ketika orangtua dan guru serta rohaniawan tidak bisa memberikan informasi yang benar dengan cara yang bisa dimengerti oleh anak-anak remaja tersebut, akhirnya mereka mencari sendiri informasi tentang kehidupan seksual itu dan seringkali malah menjerumuskan mereka. Karena biasanya mereka mendapatkan info tentang masalah seksual dari teman atau melalui dunia online yang biasanya berujung kepada situs porno.

Tingkat keaktifan seksual yang tinggi dikalangan remaja bukan hanya berujung kepada meningkatnya tindakan aborsi dan kehamilan remaja, namun juga penyebaran penyakit seksual dan HIV/AIDS. Untuk itu, penanganan masalah ini perlu dilakukan dengan segera oleh setiap lapisan masyarakat, terutama di dalam keluarga. Orangtua perlu mengajarkan anak mereka tentang pendidikan seksual sejak dini, bukan hanya untuk menghindarkan mereka dari gaya hidup seks bebas, namun juga mencegah mereka mengalami pelecehan seksual.

Selain itu anak-anak juga perlu untuk diajak memahami betapa berharganya hidup mereka dan tujuan hidup yang ada di dalam Tuhan. Dengan menyadari tujuan hidup mereka dan bahwa tubuh dan hidup mereka adalah untuk memuliakan Allah, diharapkan anak-anak remaja tersebut memiliki kepercayaan diri dan tidak menyerah menghadapi tekanan dari rekan-rekan mereka.

Sumber : Jawaban.com | Berbagai sumber | Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami