Saat ini nilai tukar rupiah
kembali menyentuh level terendah. Hingga Selasa (16/12/2014), nilai tukar ini melanjutkan pelemahan yang terjadi pada hari sebelumnya di tengah spekulasi mengenai aksi jual di bursa negara-negara berkembang.
Dirilis Bloomberg, rupiah anjlok 1,5 persen menjadi Rp 12.896 per dollar
AS pada pukul 09:04. Level itu turun sebesar 1,9 persen dari penutupan hari
sebelumnya. Sementara itu di pasar off shore, nilai rupiah di pasar
non-deliverable forwards (NDF) untuk kontrak satu bulan turun 0,6 persen menjadi Rp 13.160, setelah melemah 5 dalam perdagangan dua hari terakhir.
Meski demikian, anjloknya rupiah tak separah yang dialami oleh mata uang Rusia, ruble, yang sejauh ini telah melemah hingga 9,3 persen. Sementara itu, mata uang lira Turki telah melorot sebesar 3,3 persen kemarin, dan rand Afrika
Selatan yang telah turun 1,4 persen. Bloomberg mencatat dana asing yang keluar dari pasar emerging
market mencapai 2.miliar dollar AS.
senior foreign-exchange strategist ANZ Banking Group Ltd Singapura, Khoon Goh mengatakan bahwa Melemahnya rupiah berdampak juga kepada mata uang negara-negara di kawasan Asia Tenggara. “Karena investor melihat
bahwa pelemahan akan terus terjadi. Kami telah melihat banyak dana dari portofolio
yang ada di Indonesia, seperti surat utang dan saham. Ketatnya likuiditas pada
akhir tahun juga menyebabkan pergerakan nilai tukar semakin memburuk,” lanjutnya.
Khusus dari pasar Indonesia, dana asing yang telah
keluar dari pasar surat utang pemerintah mencapai Rp 10,2 triliun dan sebesar
243 juta dollar AS dari pasar saham. Bank
Indonesia telah mematok kontrak rupiah di level Rp 12.599 per dollar AS, atau
level terendah sejak Mei 2013. Yield surat utang
pemerintah yang jatuh tempo pada Maret 2024 naik 2 basis poin atau 0,02 persen menjadi 8,47 persen.