Ambisi Penguasa, Budi Pasang Susuk Ular
Sumber: jawaban.com

Family / 10 December 2014

Kalangan Sendiri

Ambisi Penguasa, Budi Pasang Susuk Ular

Lois Official Writer
33737
Budi Sihombing mengisi masa kanak-kanaknya dengan perkelahian. Demi mendapatkan jatah uang jajan dia sering memalak teman-temannya. “Sejak saya kecil sudah dikenal, dan saya punya ambisi untuk dikenal lagi lebih luas. Inilah yang membuat saya pergi mencari dukun ke dukun yang lain sehingga saya punya kekuatan yang luar biasa yang orang lain tidak miliki.” tutur Budi.

Selama hidupnya, dia telah bertemu dengan kurang lebih 100 dukun, sehingga dia harus merawat setiap 'pemberian' yang ‘guru-guru’ itu berikan. Ada seorang dukun memberikannya dua tongkat kecil yang harus dikenakan ke tubuhnya, sehingga ketika datang serangan, Budi menjadi kebal. Dengan kemampuan yang dimilikinya, pada tahun 1991 dia bertekad menjadi penguasa di Batam.

Namun sebelumnya, dia harus mengalahkan penguasa di sana. Jadi suatu hari ketika dia melakukan aksinya, dia mengambil botol yang dipecahkan lalu mulai menghajar pemimpin geng tersebut. "Ketika saya melihat parang atau senjata, justru dorongan begitu kuat untuk mengejar bukan mundur, untuk mengejar orang yang memegang senjata itu. Saya seperti ingin menghisap darahnya." Semenjak menjadi penguasa, Budi pun mempekerjakan teman-temannya untuk mengawasi tempat tersebut, dan dia pun punya banyak uang untuk dihambur-hamburkan. Namun, dampak lain dari menggunakan ilmu tersebut, tubuh Budi merasa panas dingin tidak karuan, dia selalu ingin mencari lawan berkelahi.

Di dalam rumah, perbuatan Budi pun tak kalah sadisnya. Dia berani membawa perempuan lain ke dalam rumah, yang diakuinya sebagai pembantu. “Perempuan itu disuruh mandi, tukar baju di kamar kita, saya sediakan lagi makan mereka,” ujar istri Budi. "Mereka tidur lagi di situ, saya tidur di ruang tamu. Air mata ini sudah tidak bisa lagi keluar, udah kering ya, sudah sering menangis sehingga tidak bisa lagi menangis,” tambahnya. Terhadap wanita lain, Budi juga menyiksa mereka demi mendapatkan kesenangan. “Kita aniaya dulu, baru kita melakukan seks. Di hati kecil saya sudah tidak ada rasa kasihan, di pikiran saya sudah tidak ada akal sehat. Jadi dampak dari ilmu yang saya pakai itu, tubuh ini dipakai untuk merusak orang.” jelas Budi alias Bang Ucok.

Sudah hal yang biasa, jika ada kelompok-kelompok lain yang ingin merebut kekuasaannya, maka perkelahian pun tak dapat dihindari. Dengan rutinitas yang sama, kebosanan akhirnya melanda Budi. “Bosannya ngurusin orang setiap hari. Kalau lagi makan pun kita harus buru-buru keluar. Jadi saya jenuh dengan masalah-masalah yang harus saya hadapi tiap hari.” Temannya yang tahu akan hal itu mengatakan bahwa Budi bisa mati jika melepaskan ilmunya, karena dia punya banyak musuh.

Pada satu hari saat dirinya sedang menonton televisi, suatu kesaksian membuat hatinya terguncang. Selain itu, muncul juga suatu perasaan untuk mematikan TV tersebut. Sehingga pergumulan Budi terlihat dari hidup mati hidup matinya TV. "Di pikiran saya saat itu, benarkah preman seperti saya bisa diterima gitu?" paparnya. Setelah memutuskan ingin berhenti, dalam mimpinya Budi selalu dihantui rasa takut mati. Dirinya merasa seolah dibelit seekor ular dan ada suara-suara yang hendak membunuhnya. “Saya ingat tempat itu gelap sekali, kosong hampa. Saya merasakan ketakutan yang luar biasa, saya tidak bisa membaringkan tubuh atau menutup mata ya. Dengan mimpi yang seram luar biasa, akhirnya saya menjadi depresi,” ujar Budi.

Tidak berhenti disitu, menjelang tengah malam Budi sering menjerit. Bahkan saat penyerahan anak di gereja, dia merasa suara itu masih terus berbicara. Akhirnya, dia meraih mic yang dipegang hamba Tuhan dan mengeluarkan uneg-unegnya. Dia ingin dibebaskan namun tak tahu caranya. Pendeta tersebut mengatakan dia harus berpuasa tiga hari lamanya. Setelah itu, mereka melakukan pelepasan. Beberapa jemaat dan pendeta datang dan mendoakannya. Seketika, Budi langsung memberontak karena serasa ada api dalam tubuhnya. “Dia seperti desis ular itu, keluar dari pori-porinya itu keringat, lendir semuanya. Baunya begitu luar biasa, sampai engga tahan orang menyiumnya.”

Setelah melepaskan semuanya, Budi tidak pernah lagi diteror mimpi aneh, tak pernah lagi merasa ngeri. “Memang saya akui tidak sedikit juga persoalan yang saya hadapi, tapi ketika terus mendekatkan diri kepada Tuhan, yang saya dapatkan adalah ketenangan di dalam Tuhan.” Kini Budi mendapatkan kedamaian dan ketenangan jiwa.

“Inilah yang ingin saya dapatkan, karena dari dulu inilah yang saya cari,” ujarnya. Budi pun sekarang mendapat pekerjaan. Teladan Yesus membuatnya belajar kasih dan itulah yang dia lakukan kepada istrinya. Bahkan, dia membuka pintu rumahnya bagi anak-anak yang lahir karena prostitusi. Seumur hidupnya, janji Budi, akan terus bersama Tuhan dan tidak mau kembali lagi seperti dulu, karena semuanya bohong belaka. Hanya Tuhan yang menepati segalanya.

Sumber : Budi Sihombing
Halaman :
1

Ikuti Kami