Solo banyak
melahirkan orang-orang hebat di dunia ini. Contohnya Joko Widodo yakni Presiden
Republik Indonesia tahun 2014-2019. Lalu siapa lagi? Dia adalah Sruti Respati. Perempuan
kelahiran 26 September 1980 ini adalah sinden di Trans tv. Dia dilahirkan di
tengah-tengah keluarga seniman, ayahnya adalah seorang dalang dan ibunya adalah
seorang penari. Suaranya sangat unik dan diatas rata-rata. Alumnus Universitas
Sebelas Maret Solo jurusan Sastra ini mengatakan bahwa Karirnya adalah berkat
campur tangan Tuhan.
Di tengah kesibukan
latihan yang padat, Ibu yang bekerja juga sebagai PNS ini menyempatkan diri
untuk berbincang-bincang dengan Yusak Desyanto yakni reporter dari Cahaya Bagi
Negeri( CBN).
Yusak: “Apa yang mendorong anda mengerjakan budaya
lokal di tengah modernitas?”.
Sruti: “Saya
mempunyai prinsip bahwa dengan mengangkat lokalitas kita, kita menjadi lebih
Indonesia. Dengan mengangkat yang berbau lokalitas, ini yang menjadikan kita
dipandang sebagai bangsa yang berbudaya, jadi yang saya miliki ya lokalitas.
Jadi ini yang akan saya kembangkan, saya eksploitasi, dan saya maksimalkan lagi”.
Yusak: “Apa yang menjadi visi besar mba Sruti dalam
melestarikan kebudayaan lokal ini”.
Sruti: “Apa yang menjadi kearifan lokal kita ini,
menjadi idola dalam Negeri kita. Jangan sampai menjadi asing di Negeri
sendiri. Saya bercita-cita, apa yang kita lakukan, kearifan lokal menjadi
populer di Negeri kita, karena dengan mereka hidup, kita juga hidup menjadi
orang yang berbudaya”.
Apa sih kearifan
lokal itu ? Dalam kamus Inggris Indonesia
John M. Echols dan Hassan Syadily, lokal berarti setempat, sedangkan
wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (
kearifan setempat ) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat ( local)
yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah
local genius.
Selesai
mewawancarai mba sruti di tengah latihan sindennya, Sruti mengajak Yusak dan tim CBN ke rumahnya untuk
makan bersama dengan keluarga. Keluarganya sangat ramah menyambut tim CBN. Keluarga
Sruti dan suaminya sangat bertolak belakang. Suaminya adalah pembalap nasional
dan mertuanya adalah pegusaha. Di tengah acara makan bersama, Yusak bertanya, “
Seberapa besar campur tangan Tuhan dalam karir mba Sruti?”. Sruti menjawab bahwa,” Saya mendapatkan anugerah, semua ini
adalah campur tangan Tuhan. Saya mendapat kelonggaran dari suami kesana-kemari,
luar biasa. Tidak semua orang dapat berlapang dada, membiarkan istrinya masih
menari. Saya ibu rumah tangga, pns dan seorang sinden. Tiga pekerjaan namun
dapat dilakukan. Luar biasa”.
Sambil menutup
perbincangan, Yusak bertanya, “ Hal tersulit apa dalam menjaga kebudayaan?”.
Dengan senyum khas solo, Sruti menjawab,” Kita hidup di zaman global banyak
budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Minat anak muda sekarang lebih menyukai pop dan yang populer daripada kebudayaan, ini bukan hambatan tapi tantangan”.