Seperti dilansir Okezone.com, Kamis (20/11), kenaikan BBM ini berimbas paling besar kepada tarif transportasi, terutama angkutan antar kota dan dalam kota. Namun besarnya kenaikan masih mencakup angkutan antar kota yang diperkirakan mencapai 10 persen. Sedang dalam kota menyusul keputusan pemerintah daerah.
Sementara efek lainnya memicu beragam aksi penolakan di berbagai wilayah di tanah air. Seperti aksi buruh yang terjadi di Tangerang, Kamis (20/11), ribuan buruh dari berbagai aliansi pekerja se-Tangerang Raya turun ke jalan menolak kenaikan BBM dan menuntut kenaikan upah minimum kabupaten/kota (UMK). Di Bekasi, buruh mengepung Kantor Kecamatan Cikarang Timur dan menutup jalan utama kawasan industri EJIP Cikarang dan pintu gerbang tol kawasan industri M-2100 Cibitung. Mereka berupaya mengawal keputusan Dewan Pengupahan terkait UMK Bekasi tahun 2015.
Para buruh menuntut kembali kenaikan 13 persen UMK yang telah diumumkan menjadi 30 persen. Pasalnya, kenaikan sebelumnya tak berarti apa-apa ditengah situasi kenaikan BBM saat ini.
Dampak buruk kenaikan BBM ini membuktikan bahwa masyarakat tengah kalut dan belum sepaham dengan optimisme Presiden Joko Widodo terkait dampak positif kenaikan BBM. Dalam pernyataannya, Jokowi meyakinkan bahwa masyarakat akan merasakan dampak positif kenaikan BBM dalam tiga bulan kedepan. Menurutnya, wajar bila pasca penetapan kenaikan BBM ini, masyakarat masih bergejolak dengan melakukan penolakan yang diwarnai dengan aksi demo diberbagai wilayah di tanah air.
“Sering saya sampaikan bahwa kita perlu mengalihkan dari hal yang konsumtif ke hal yang produktif. Namun kalau dilihat dari manfaatnya, tunggu hingga tiga bulan kedepan. Kenaikan BBM ini masih terlihat sehari dua hari rakyat marah dan menolak namun ini keputusan sulit yang harus kami putuskan segera,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta pada Rabu (19/11) kemarin, seperti dikutip dari Rri.co.id.
Sumber : Rri.co.id/Liputan6.com/ls