Menikah dengan beda usia, bahayakah?
Sumber: tembok-keju.blogspot.com

Marriage / 19 November 2014

Kalangan Sendiri

Menikah dengan beda usia, bahayakah?

Tiurma Ida Purba Official Writer
19141

Banyak faktor yang dapat mendorong kelanggengan hubungan pacaran, salah satunya adalah komunikasi. Namun, apakah usia juga merupakan faktor yang penting? Ternyata  Emory University  telah meneliti hal ini. Penelitian ini menemukan bahwa semakin dekat usia pasangan maka semakin rendah  untuk bercerai.  Randy Olsen seorang ilmuwan di Amerika Serikat telah mencoba 3.000 orang dengan status bercerai dan masih menikah.

Randy Olsen telah mencoba beberapa model variasi perhitungan penelitian hingga akhirnya dia menemukan sebuah teori mengenai pernikahan yang sukses. Paling bahayanya, pasangan suami istri yang beda usianya rentang 10 tahun berpeluang bercerai 39 persen. Berbeda dengan pasangan suami istri yang beda usianya berkisar 5 tahun berpotensi untuk bercerai 18 persen. Selanjutnya dengan pasangan suami istri yang beda usianya berkisar 3 tahun maka berpotensi untuk bercerai adalah 3 persen. Berbedanya usia dalam sebuah pernikahan memang memiliki beberapa  perbedaan diantaranya perbedaan visi dan cara pandang. 

Berikut ini kiat –kiat untuk mengurangi angka perceraian :

1. Menyamakan visi dan cara pandang

Setiap pasangan suami istri harus menyamakan visi dan cara pandang sebelum menikah. Karena menyamakan visi dan cara pandang tidak mudah. Butuh proses yang tidak sebentar. Dengan menyamakan visi dan cara pandang maka akan memudahkan pasangan suami istri dalam menjalani rumah tangga. 


2. Memiliki komitmen 

Penelitian ini hanyalah sebuah penelitian manusia. Artinya, penelitian ini tidak boleh mempengaruhi setiap manusia dalam memilih pasangan. Setiap pasangan seharusnya lebih cenderung berdiskusi tentang perbedaan yang mereka miliki dan berkomitmen untuk melewati perbedaan itu bersama-sama. Dengan komitmen dalam suatu hal maka dapat membantu manusia dalam mencapai visi dalam hidupnya. Kita dapat lihat dari setiap orang- orang yang sukses dalam hidupnya, tidak lain adalah karena mereka memiliki komitmen. Komitmen sangat penting dalam suatu hubungan. 


3. Saling menerima satu sama lain

Pasangan suami istri harus menerima satu sama lain, setiap kekurangan dan kelebihannya menjadi satu paket. Memang tidak mudah, namun apabila pernikahan yang dilandasi atas rasa tulus, maka melakukannya pun tidak begitu sulit. 


Saat ini kita sedang membahas bagaimana suami yang jauh lebih tua. Suami yang lebih tua seharusnya lebih mengayomi/ menuntun istrinya. Membuat istrinya aman di dekatnya adalah sebuah kebahagiaan bagi istri. Namun bagi istri yang usianya jauh lebih muda, harus lebih dewasa untuk mengimbangi suami. Mungkin saja si istri  yang baru lulus kuliah langsung menikah, dan rasa untuk menikmati masa muda kumpul dan pergi bersama teman ke mall. 

Namun, setiap pilihan selalu menuntut kita untuk terus bertanggung jawab atas resiko yang kita ambil. Seperti ada kata pepatah yang mengatakan bahwa tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Dari kata pepatah ini kita belajar bahwa bertambah hari umur kita selalu dan terus bertambah. Namun, muda atau tuanya umur kita tidak dapat menentukan kedewasaan setiap orang. Kedewasaan seseorang dapat dibentuk dari mana saja. Dari pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain. 

Setiap pasangan suami istri pasti mengalami tantangan dalam hal apapun, contohnya saja ekonomi. Kedewasaan sangat diperlukan dalam menghadapi krisis ekonomi. Pengalaman pribadi yang dialami pasangan suami istri ketika muda sangat membantu dalam menghadapinya. Mungkin saja saat muda tak punya uang, harus menahan rasa lapar sampai tanggal gajian tiba. Hal-hal seperti inilah yang perlu dibangun pasangan suami istri dalam menghadapi setiap tantangan yang ada. Lalu bagaimana dengan wanita yang lebih tua dan menikah dengan pria yang lebih muda, bahayakah atau justru sebaliknya? Nantikan di edisi berikutnya.  


Sumber : female.kompas.com/by tiur
Halaman :
1

Ikuti Kami