Di sela-sela pernyataannya, Paus menegaskan bagaimana perkawinan menjadi fondasi bagi keluarga yang utuh, dimana pria dan wanita harus saling melengkapi dan menghargai. “Saling melengkapi merupakan akar dari perkawinan dan keluarga, yang merupakan sekolah pertama untuk belajar tentang menghargai karunia kita dan orang lain, dan dimana kita mulai menghidupi seni hidup bersama,” kata Paus, seperti dilansir Christianpost.com, Selasa (18/11).
Paus menuturkan bagaimana pria dan wanita berkontribusi untuk perkawinan mereka dan membimbing anak-anak mereka dengan kekayaan dan karisma masing-masing pria dan wanita. Ia menjabarkan bagaimana budaya perkawinan yang hanya diserahkan sebagai komitmen publik berakibat pada meningkatnya kemiskinan dan penyakit sosial. Krisis dalam keluarga membuat kaum perempuan, anak-anak dan lanjut usia (lansia) hidup dalam penderitaan.
“Anak-anak punya hak untuk tumbuh dalam keluarga bersama ayah dan ibu mereka, mampu menciptakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan dan kematangan emosional anak,” terangnya.
Dalam beberapa kesempatan yang lalu, Paus Fransiskus telah menghimbau soal bagaimana mencapai kebahagiaan dalam keluarga, sebab ia menyadari mirisnya kondisi kemiskinan di berbagai wilayah dan negara, sebagian besar bersumber dari perkawinan yang rusak.
<!--[endif]-->--> Sumber : Christianpost.com/jawaban.com/ls