Jika sebagian besar masyarakat berpandangan bahwa politik itu kotor sehingga setiap orang yang terlibat dalam politik adalah orang-orang kotor, maka Sabam menepis anggapan itu dan membuktikan bahwa pandangan itu tak sepenuhnya benar. Lewat buku tulisannya berjudul ‘Politik Itu Suci’, Sabam Sirait berusaha membuktikan bahwa masih ada orang-orang yang bekerja dengan baik dalam bidang politik kotor itu. Salah satu bukti nyatanya adalah pria berusia 78 tahun ini.
“Pada umumnya dikatakan politik itu kotor. Jadi saya akhirnya mempelajari teori-teori dari berbagai ahli politik. Mulai dari Motesquieu, John Locke yang sudah lama sekali dan saya kemudian belajar ilmu politik dari zaman moderen,” ujar Sabam.
Ia tak menyangkali bahwa lika likunya dalam politik memperhadapkannya pada fakta bahwa politik di parlemen itu kotor adanya. Namun keinginan untuk belajar tentang sejarah politik itu membawanya pada satu kesimpulan bahwa pada hakikatnya politik itu adalah suci adanya jika dijalankan oleh orang-orang yang benar dengan cara yang benar.
Dengan waktu yang cukup panjang, Sabam Sirait telah banyak memberi pandangan, pemikiran dan tenaga sebagai bentuk kontribusi dalam membangun bangsa lewat politik. Ia pun sangat mensyukuri lika liku politik suci yang dilewatinya dengan menduduki beragam posisi, baik dalam organisasi, partai politik hingga duduk sebagai wakil rakyat di DPR RI. Ia bertutur bahwa itu semua semata-mata berasal dari kemurahan Tuhan.
“Tuhan itu Maha baik. Saya yang tidak baik. Saya juga nggak tau kenapa. Saya menjadi sekjen partai Kristen, tanpa saya merasa pengen jadi anggota partai Kristen Indonesia dulu. Jadi saya turut mengorganisir supaya terbentuk PDI. Jadi boleh dikatakan orang saya turut mendirikan PDI tahun 1973,” tutur Sabam.
Sepenggal kisah perjuangan sekaligus menjadi bukti konsistensi Sabam Sirait dalam berpolitik adalah mengabaikan kesehatan demi menjalankan tugasnya sebagai pemimpin politik. “Kalau rapat biar pun saya 5 bulan di rumah sakit. Diam-diam saya pigi juga sebab saya sekjen, saya harus hadir donk. Tapi saya mengurangi kegiatan lain,” tutur ayah dari Maruarar Sirait ini.
Hal ini ia lakukan dengan dasar bahwa dengan berpolitik dan memperjuangkan politik suci itu adalah bentuk sikap kecintaannya terhadap bangsa dan negara. “Saya berusaha untuk mencintai bangsa dan negara saya,” pungkasnya.
Sumber : Sabam Sirait