Memahami Pasangan Hidup

Marriage / 22 October 2014

Kalangan Sendiri

Memahami Pasangan Hidup

Puji Astuti Official Writer
3607

Memahami istri atau suami tidak dimulai pada saat menikah dan juga tidak saat berpacaran tapi jauh sebelumnya, yaitu dimulai dengan sebuah model yang dilihat kedua pasangan yang akan menikah tersebut dari rumah tangga dimana mereka bertumbuh dan dibesarkan. Perlu diketahui bahwa untuk dapat saling memahami tidak selamanya suami dan istri harus sependapat. Keterbukaan antara suami dan istri merupakan fondasi yang kuat untuk dapat mengerti dan memahami satu dengan yang lainnya.

Kedua orang tua dari masing-masing pasangan merupakan guru besar yang mengajar kedua pasangan tersebut dalam sekolah kehidupan. Pada saat mereka mulai masuk kedunia perguruan tinggi, sesungguhnya mereka telah mendapatkan sejumlah pengalaman dari kedua guru besar mereka yang mendidik mereka selama delapan belas tahun dalam sekolah kehidupan yang akan mereka bawa nantinya kedalam kehidupan pernikahan mereka. Rumah tangga seperti apakah yang Anda tampilkan bagi anak-anak Anda?

Proyek-proyek besar apakah yang telah Anda berikan kepada anak-anak Anda dalam mempersiapkan kehidupan pernikahan mereka dimasa yang akan datang? Apakah kehidupan rumah tangga Anda diwarnai dengan pertengkaran setiap harinya? Apakah kehidupan rumah tangga Anda disertai dengan kekerasan? Ataukah kelemah lembutan, saling mengerti dan menghormati yang mewarnai kehidupan rumah tangga Anda? Semuanya ini merupakan proyek-proyek besar yang telah Anda berikan kepada anak-anak Anda dan merupakan benih yang Anda tanamkan dalam kehidupan mereka. Akan herankah Anda jika rumah tangga anak-anak Anda mencerminkan rumah tangga yang dilihatnya dan dipelajarinya dari kedua orang tuanya?

Kepekaan terhadap pasangan hidup dilatih saat anak-anak Anda berada dibawah tanggung jawab Anda sebagai orang tua, dimana kedua orang tua selalu ingin memberikan yang terbaik bukan hanya kepada pasangan hidupnya tapi juga kepada anak-anak mereka. Pengajaaran sehat melalui contoh yang dipertunjukkan oleh kedua orang tua terhadap anak-anak mereka merupakan sebuah investasi yang sangat berguna nantinya dalam kehidupan pernikahan anak-anak mereka. Bukan apa yang dikatakan melainkan apa yang dikerjakan oleh kedua orang tua dalam kehidupan mereka berumah tangga yang merupakan model yang akan dicontoh oleh anak-anak mereka pada saat mereka nantinya berumah tangga, karena apa yang ditanam itu juga yang akan dituai.

Jika hal-hal seperti yang tertera diatas ini yang telah Anda alami dan Anda merasa kehidupan rumah tangga Anda tidak harmonis, penulis mempunyai kabar baik bagi Anda sekalian. Perubahan mendasar dimulai dari lubuk hati yang paling dalam dan Anda harus secara proaktif merombak segala sesuatu yang menghalangi keharmonisan rumah tangga Anda. Siapakah yang ikut membangun rumah tangga Anda?      Rumah tangga seperti apakah yang Anda dambakan? Apakah Anda dengan kekuatan manusiawi Anda membangun rumah tangga Anda? Apakah tujuan Anda membangun rumah tangga Anda? Dan kenapa Anda ingin berumah tangga?

Hanya Andalah orang yang paling berhak dan paling tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas ini. Karena Anda berdua yang mengetahui jawaban-jawabannya secara tepat, maka Anda berdua pula yang harus mengambil inisiatif untuk merubah segala sesuatu yang tidak berkenan dihati Anda berdua. Pada saat-saat seperti ini penulis membiasakan diri untuk mencari jawabannya didalam buku petunjuk pedoman kehidupan yang disebut sebagai Alkitab. Dalam buku petunjuk pedoman kehidupan ini, penulis menemukan dalam Mazmur 127:1 (TB), "Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga." Ternyata kata kunci yang penulis temukan adalah kesia-siaan usaha manusia untuk membangun rumah tangganya, jika bukan Tuhan yang membangunnya. Karena itu langkah pertama yang Anda berdua harus ambil adalah mengundang, mengizinkan dan mempersilahkan Tuhan turut campur tangan secara Ilahi untuk membangun rumah tangga Anda. Langkah kedua, posisikan diri Anda berdua dari sudut pandang Tuhan yang melihat rumah tangga Anda, kemudian Anda berdua lontarkan pertanyaan "Apakah rumah tangga seperti ini yang Tuhan mau saya rintis"? Langkah ketiga hendaklah Anda menjawab pertanyaan berikut secara jujur, "Seandainya saya menjadi istri (suami berusaha mengerti istri dengan memposisikan dirinya seakan-akan seorang istri), apakah saya mau menerima dia...(tunjuk diri Anda sendiri) sebagai suami saya dengan prilakunya seperti yang ditampilkannya"? Dan istri juga mengajukan pertanyaan yang sama, "Seandainya saya menjadi suami (istri berusaha mengerti suami dengan memposisikan dirinya seakan-akan seorang suami), apakah saya mau menerima dia...(tunjuk diri Anda sendiri) sebagai istri saya dengan prilakunya seperti yang ditampilkannya"?

Bertolak dari jawaban yang Anda masing-masing berikan secara jujur, maka Anda berdua dapat segera mengambil tindakan untuk membuat perubahan-perubahan sesuai dengan yang Anda inginkan. Sudah barang tentu Anda harus terbuka dan jujur dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas. Ketidak terbukaan dan ketidak jujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas, tidak pernah akan melahirkan perubahan seperti yang Anda berdua inginkan. Sekarang Anda tidak lagi membangun rumah tangga Anda dengan kekuatan manusiawi Anda, tetapi ada Tuhan yang selalu mendampingi Anda dalam usaha Anda untuk membuat perubahan-perubahan yang dibutuhkan untuk melahirkan sebuah rumah tangga yang harmonis. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat.

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

<!--[endif]-->--> Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami