Houston menyatakan bahwa terdapat tiga hal yang patut dikoreksi terkait isu gay tersebut, yakni relevansi gereja dengan tantangan saat ini, beban penolakan yang di alami kaum gay serta perkataan firman Tuhan. “Terlalu penting bagi kita memandang masalah-masalah nyata di tengah kehidupan hanya dengan jawaban ‘ya’ dan ‘tidak’ sebagai jalan keluar,” terang Houston menentang pandangan Presiden The Southern Baptist Theological Seminary Albert Mohler, bahwa tak ada ‘Cara Ketiga’ bagi gereja untuk mendukung kaum gay kecuali posisi ‘ya’ dan ‘tidak’.
Senada dengan Houston, pendeta Hillsong Carl Lentz menuturkan bagaimana gereja besar yang identik dengan kaum muda itu, diantaranya dihadiri oleh banyak kaum gay hampir setiap pekan. Ia beralasan bahwa kondisi itu sangat relevan di masa-masa Yesus. “Yesus berada di tengah-tengah era dimana homoseksualitas, seperti sekarang ini, banyak terjadi. Dan saya masih menunggu seseorang menunjukkan kutipan di mana Yesus berbicara tentang hal itu di depan banyak orang. Anda tak akan menemukannya karena Yesus tak pernah melakukannya,” ucap Lentz, seperti dikutip dari Huffingtonpost.com, Senin (20/10).
Demikian pula disampaikan oleh istri Lentz tentang bagaimana gereja Hillsong tidak ambil bagian untuk menentukan jalan hidup para pemuda yang hidup dalam homoseksual. “Ini bukan tempat kita memberitahukan siapapun bagaimana mereka hidup. Itulah perjalanan mereka”.
Kasus hubungan sesama jenis memang terus menjadi sorotan besar gereja. Pasalnya, gereja masih berbeda pandangan soal sikap dan tindakan yang pantas bagi kaum gay. Salah satunya seperti pendeta Danny Cortez dari New Heart Community Church di California. Dalam khotbahnya pada Maret 2014 lalu, ia menyatakan sikap bahwa dirinya tak lagi percaya homoseksual dipandang sebagai dosa. Pernyataan itu sontak memicu kontroversi hingga harus menerima risiko dirinya dipecat. Sedang gereja itu memutuskan untuk mengambil sikap penolakan terhadap homoseksual.
Terkait ‘Cara Ketiga’ atau dukungan penerimaan gereja terhadap kaum gay, Albert Mohler Jr dengan tegas menyampaikan dalam artikelnya bahwa gereja lebih baik percaya dan mengajarkan bahwa hubungan sesama jenis adalah dosa. Hal ini jelas sangat bertolak belakang dengan pandangan pendeta Houston, sehingga dianggap penting agar persoalan ini dibahas bersama para pemimpin gereja terlebih dahulu, seperti yang saat ini tampak sedang berjalan.
Belakangan ini persoalan homoseksual memang menjadi isu yang semakin memanas di tengah gereja. Pandangan yang berbeda soal penerimaan terhadap kaum gay sepatutnya tetap didasarkan pada firman Tuhan. Meski Yesus tidak pernah secara langsung menentang homoseksual, tapi di dalam Perjanjian Baru Rasul Paulus dengan jelas mengutuki cara hidup demikian (baca [kitab]IKori6:9-10[/kitab]). Namun bukan berarti orang Kristen harus membenci dan menolak mereka, justru sebaliknya merangkul dan membantu mereka untuk berpaling dari cara hidup yang tidak normal itu.