Problema Pernikahan 'Campuran'
Sumber: Google

Marriage / 13 October 2014

Kalangan Sendiri

Problema Pernikahan 'Campuran'

Theresia Karo Karo Official Writer
7901
Dunia global yang dilengkapi internet semakin memudahkan kita untuk berhubungan dengan orang dari manapun, baik itu antar daerah, antar kota, antar pulau hingga antar negara hingga antar benua. Tidak dipungkiri pula, bahwa faktor yang satu ini turut mendongkrak pernikahan campuran antar bangsa, antar suku, dan lainnya.

Menjalani pernikahan campuran tentu banyak hal yang harus diperhitungkan. Pernikahan campuran bukan sekedar perbedaan bangsa, termasuk pula perbedaan budaya, bahasa, ekonomi, pendidikan, kebiasaan dan lainnya. Berikut beberapa masalah yang mungkin akan timbul bagi anda yang menjalani pernikahan campuran:

Budaya
Budaya terbentuk dari kebiasaan sehari-hari dari orang-orang yang menjalaninya. Misalnya saja yang paling sering terlihat di masyarakat Indonesia adalah pernikahan antar suku. Batak dan Jawa, karakter dua suku yang cukup bertolak belakang ini seringkali memicu perdebatan. Hal ini dapat membentuk jarak dan bahkan jurang yang lebar bila tidak segera di atasi. Sebelum menikah, tentunya anda dan pasangan sudah mengerti akan adat yang cukup bersebrangan. Penting bagi setiap pasangan untuk menekan ego masing-masing dan insiatif untuk saling belajar budaya dari pasangan.

Ekonomi
Maksudnya di sini adalah keuangan dalam rumah tangga. Misalnya suami dan istri sama-sama bekerja. Kebetulan, penghasilan istri lebih mapan, hal ini menyebabkan suami menjadi minder karena seharusnya dirinya yang menopang ekonomi keluarga. Bagi anda yang melewati fase ini sah-sah saja bila istri memiliki penghasilan lebih tinggi, tetapi peran suami tetap tidak terbantahkan menjadi pemimpin keluarga. Oleh sebab itu, bagi para istri tetaplah hormati suami dan bagi para suami jangan langsung merasa tidak dihargai. Temukan sisi positifnya, bila ekonomi semakin baik, maka kebutuhan kedepannya akan semakin terjamin.

Pendidikan
Perbedaan dalam tingkat pendidikan, memang tidak terlihat dalam kehidupan rumah tangga. Namun, dampaknya akan terlihat dalam pergaulan sosial. Bila salah satu pasangan misalnya berpendidikan kurang, maka saat terlibat dalam pergaulan sosial, akan terlihat jarak. Dan biasanya pasangan dengan tingkat pendidikan lebih rendah merasa terkucilkan. Penting bagi anda untuk mendukung pasangan, dan jangan biarkan dia memiliki perasaan terabaikan. Sedikitnya libatkan dia dalam pembicaraan dengan kolega anda.

Bahasa dan Negara
Problem bahasa paling sering timbul dalam pernikahan antar bangsa. Padahal komunikasi adalah hal utama dalam membangun hubungan. Untuk itu sebelum menikah pastikan anda dan pasangan saling memahami dan saling mempelajari bahasa pasangan. Jangan hanya menuntut pasangan untuk tahu bahasa di negara anda, lakukan pula hal yang sama dengan belajar bahasa pasangan.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa setiap negara memiliki aturan yang berbeda dalam mengatur pernikahan dengan warga negara asing (WNA). Indonesia memiliki peraturan mengenai kewarganegaran yang diatur dalam UU no.12 2006. Sebelum memutuskan untuk menikah dengan WNA, diskusikan masalah kewarganegaraan. Pastikan dimana anda dan pasangan akan menetap dan membangun keluarga.

Bukan berarti pernikahan campuran akan berakhir buruk. Sebab pernikahan satu suku, satu negara, tingkat ekonomi dan pendidikan sepadan juga tidak selamanya menjamin keharmonisan rumah tangga. Semua dikembalikan lagi pada kerja sama dan komitmen dari suami dan istri dalam membangun keluarga idaman.
Sumber : Keluarga/Superkidsindonesia.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami