Michael Tjandra dulunya merupakan seorang arsitek, yang selalu ada di belakang layar. Tiba-tiba, dia pindah profesi sebagai News Anchor. Apa yang menyebabkannya begitu? Ditambah lagi dia tidak pernah terpikir berada di depan layar karena dia seorang pemalu.
“Saya susah sekali untuk beradaptasi dengan orang lain, dan sedikit sekali mempunyai teman. Saya tergolong orang yang cukup tertutup dan ga gampang untuk membuka diri sama orang lain. Kalau ditanya punya cita-cita, sama sekali ga kebayang.”
Setelah lulus kuliah, Michael diterima bekerja di sebuah biro arsitek. Namun pekerjaannya tidak seperti yang dia bayangkan. Dia lebih banyak berada di dalam ruangan daripada di luar ruangan. “Gairah, passion saya mulai hilang. Kalau masuk kantor itu males, penuh dengan beban dan stress. Menurut saya itu nggak membuat kita menghasilkan produktifitas kerja yang luar biasa.”
Suatu hari, Michael mengikuti kursus singkat teknik komunikasi, dimana dia harus berbicara dengan orang banyak. Tertarik dengan hal tersebut, Michael pun mencoba mengajukan CV dan melamar sebagai News Anchor (pembawa berita). “Enam bulan ga dipanggil. Saya pikir udah dirobek kali ya tuh CV. Jadi saya pikir, ga mungkin orang dengan latar belakang etnis tionghoa masuk…”
Tapi enam bulan kemudian, dia dipanggil untuk ikut seleksi. Dari 1000 orang, Michael merupakan satu dari tujuh orang yang diterima kerja pada bulan September 2005.
Michael pun menjalankan pekerjaannya dengan ketekunan. “Manusia kan pengennya ekspress, pengennya result. Susah buat manusia untuk menjalankan prosesnya. Menurut saya kuncinya, setiap dari kita bisa mengeluarkan apa yang terbaik yang sudah Tuhan berikan gitu ya. Tinggal masalahnya bagaimana kita mau menjalani prosesnya.
Nah, Tuhan ga pernah bilang itu jalannya mudah, lebar, dan beraspal. Mungkin juga kerikil-kerikil. Seperti yang saya alami juga, apa yang pemirsa lihat saya seperti sekarang, ketika kita percaya apa passion kita dan kita mau dibentuk prosesnya, kerjakan apapun yang ada di tangan, besar kecil dengan sebaik-baiknya. Karena menurut saya ketika kita setia mengerjakan perkara kecil Tuhan akan berikan tanggung jawab yang lebih besar. Satu lagi yang saya yakini : Jika kita mengerjakan dengan PASSION, kita mengerjakan lebih dari apa yang ditugaskan.”
Karena itu menurut Michael, ketika hal itu terjadi, kita menjalaninya dengan sukacita dan orang-orang di sekitar kita pun akan melihat itu sendiri, tanpa kita harus berkoar-koar. “Ketika membicarakannya dalam pembicaraan sehari-hari, itu akan keluar dari binar mata kita, itu akan keluar, kita akan semangat membicarakannya, itulah passion.”
Beda dengan orang yang bekerja tidak dengan passion. Kita hanya akan melakukan apa yang menjadi tugas kita, apa yang cukup saja. “Dan sesuai dengan ‘argo’ kerja.”
Karena itu Michael pun membagikan tips dalam mencari pekerjaan dan apa yang ingin kita lakukan di dalam hidup :
-Passion atau gairah itu sangat penting untuk segala hal yang kita kerjakan di dalam hidup.
-Dalam mengerjakan segala sesuatu, apakah kita sudah benar-benar melihat bahwa kita mengerjakannya lebih dari apa yang diminta, lebih dari sekedar job desk
-Apakah kita mengerjakannya dengan sukacita
-Cara menjadi berkat di dalam pekerjaan yaitu dengan melibatkan Tuhan di dalam setiap pekerjaan kita. Tidak ada cara lain selain meminta dan berkomunikasi dengan Tuhan agar kita bisa memaksimalkan apa yang sudah Tuhan berikan agar kita dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.
<!--[if gte mso 9]><xml>