Apa yang kita ajarkan pada anak sewaktu masih kecil menjadi dasar bagi anak untuk masa depannya. Termasuk hal-hal kecil yang seringkali kita tidak menyadarinya akan berdampak besar bagi prilaku dan kehidupan anak. Mungkin sebagian besar orang tua pernah melakukan hal berikut ini. Sewaktu anak masih kecil, entah itu merayap atau belajar berjalan tanpa sengaja ia tersandung atau menabrak kursi maupun meja atau benda apalah, kemudian anak menangis karena sakit. Pada umumnya sebagian orang tua, bingung menghadapai keadaaan tersebut, dan untuk menenangkan anak kemudian orang tua akan memukul kursi ataupun benda tadi yang tidak sengaja ditabrak. Lalu orang tua katakan sudah, nak diam papa atau mama sudah memukul benda tadi karena telah menyebabkan anak tersebut kesakitan, tidak jarang kemudian anak menjadi tanang dan diam.
Bagi orang tua masalah telah selesai karena anak sudah tenang dan diam. Bagi anak masalahnya tidak selesai, mengapa ? bagi si-anak yang membuat dirinya kesakitan adalah benda tadi. Ketika hal ini terus berulang untuk beberapa kali maka, si- anak merasa dia tidak pernah salah, yang salah adalah benda-benda tadi. Dari mana pehaman seperti ini muncul, dari pengalamannya sejak kecil ketika orang tuanya sering memukul benda-benda yang telah membuat anak tersebut terluka dan kesakitan.
Secara tidak sengaja orang tua telah mengajarkan anak sejak kecil, bahwa anak tidak pernah bersalah, yang salah adalah benda-benda.
Pemahaman atau pemikiran seperti ini, bisa terus terbawa sampai dewasa. Sehingga tidak jarang anak jarang merasa bersalah, termasuk kepada orang tuanya sendiri. Setiap kali anak menghadapi masalah atau kekeliruan maka masalah atau kekeliruan tadi adalah orang lain bukan dirinya. Dia merasa dirinya tidak bersalah, dan yang pantas diberikan hukuman atau sanksi adalah orang lain bukan dirinya. Walaupun sebenarnya yang membuat kesalahan atau kekeliuran tadi adalah dirinya sendiri. Artinya anak tidak mau bertanggungjawab atas segala kesalahannya karena memang dia mengerti dan memahami bahwa bukan dirinya yang harus bertanggungjawab.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara menolong atau menghadapi anak-anak yang sudah sejak kecil diajarkan dengan cara yang salah dimana mereka telah diajarkan bahwa benda-bendalah yang salah bukan dirinya.
Tidak ada istilah terlambat, orang tua harus mulai menyadari dan memulainya dari awal lagi. Komunikasi adalah hal yang paling efektif untuk merubah keadaan ini. Ajaklah dan bicaralah kepada anak anda jika melihat atau mendapati tanda-tanda dimana anak mulai menunjukkan sikap dan tindakan tidak bertangungjawab dan selalu menyalahkan orang lain termasuk kepada orang tuanya sendiri. Tindakan kekerasan atau hukuman yang berlebihan tidak akan menyelesaikan persoalan. Ajaklah anak untuk bicara dan jelaskan tahap demi tahap, maka anak akan menyadarinya dan pasti akan mengalami perubahan.
Alkitab memberi nasehat bagi setiap orang tua, agar tidak membangkitkan amarah anak-anak, sebaliknya didiklah mereka didalam pengajaran Firman Tuhan. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. (Efesus, 6:4)
Sumber : Zack