Pemberontakan Anak I (b)
Sumber: asepyudha.staff.uns.ac.id

Pelayanan Anak / 8 September 2014

Kalangan Sendiri

Pemberontakan Anak I (b)

Hevi Teri Official Writer
1573

Sesungguhnya apakah pemberontakan itu ? Pemberontakan adalah:

•       Pertanda anak TIDAK TAHAN lagi dengan tekanan yang dihadapinya. Bertahun-tahun hidup dalam tekanan membuat daya tahan anak untuk menghadapi stres berkurang. Ia menjadi mudah marah dan cepat melampiaskan kemarahannya pada orang di sekitarnya. Juga, akibat tekanan yang dialaminya ia tidak sempat membangun sistem pertahanan yang kuat sehingga ia menjadi mudah runtuh. Di dalam keruntuhan ia mudah meledak dan tidak cakap mengelola kecamuk di hati. Itu sebabnya reaksi termudah adalah MENOLAK TUNTUTAN apa pun dan inilah yang menjadi tema pemberontakannya.

•       Pertanda anak ingin MENGUBAH kondisi keluarganya yang tidak sehat. Tanpa dijelaskan sekali pun, anak tahu bahwa keluarganya tengah bermasalah. Mungkin ia melihat hambarnya komunikasi di antara orang tua. Mungkin ia melihat pertengkaran. Mungkin ia melihat kedekatan orang tua dengan teman di luar pernikahan. Semua ini adalah kondisi yang tidak sehat dan anak merasa berkewajiban untuk berbuat sesuatu. Akhirnya ia mencoba memberitahukan orang tua, mengingatkan orang tua, menasihati orang tua tetapi semua tidak membuahkan hasil. Pada akhirnya ia tidak tahan lagi dan letih menasihati. Ia membuang semua itu dan melawan orang tua. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam kasus ini pemberontakan merupakan upaya anak MENYADARKAN ORANG TUA.

•       Pertanda anak ingin membangun kehidupan yang TERPISAH dari kita. Kadang anak memberontak oleh karena ia ingin mulai mengembangkan kemandiriannya. Ia menganggap diri sudah dewasa dan sudah selayaknya ia memeroleh kebebasan untuk memilih. Pada umumnya ada tiga isu utama yang kerap menjadi pemicu pemberontakan anak: iman kepercayaan, pasangan hidup dan gaya hidup.

•       Namun adakalanya, pemberontakan merupakan ekspresi PENYIMPANGAN anak dalam pertumbuhannya. Pada umumnya anak yang bertumbuh besar dalam keluarga yang tidak harmonis mengembangkan perilaku memberontak sebagai akibat ketidakstabilan jiwanya. Pemberontakan menjadi gaya hidup atau caranya menghadapi hidup. Ia tidak tahu dan mungkin, tidak sanggup mengatasi kekompleksan hidup beserta tuntutannya. Akhirnya satu-satunya cara yang digunakan adalah memberontak. Singkat kata, pemberon-takan merupakan wujud nyata dari ketimpangan dan ketidakberdayaannya menghadapi hidup dengan cara yang sehat.

 

- lanjut kehalaman berikut >>>

 

by. Pdt. Dr. Paul Gunadi (TELAGA.org)

Sumber : google
Halaman :
1

Ikuti Kami