Menangani Anak yang Mencuri
Sumber: www.islampos.com

Parenting Superbook / 1 September 2014

Kalangan Sendiri

Menangani Anak yang Mencuri

Zakarias Feoh Official Writer
4618

Seorang anak sangat memerlukan pengarahan dari orangtua, dia tidak dapat dibiarkan tumbuh secara natural. Dan salah satu yang sangat perlu dilakukan orangtua adalah memberikan pengawasan pada anak.  Pengawasan, disiplin sangat penting bagi masa depan anak.  Setiap orang pasti tidak pernah mengajarkan anaknya untuk  mencuri.  Lalu mengapa ada anak-anak tertentu mencuri ? 

Ada 4 hal yang menyebabkan anak mencuri adalah sbb:

  1. Anak mencuri karena dia adalah anak yang impulsif. Impulsif berarti seseorang yang mempunyai dorongan yang kuat untuk mempunyai sesuatu, dan waktu dia menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan seketika.
  2. Anak yang membutuhkan perhatian, karena hidup di lingkungan yang kurang sekali perhatian, dia sangat butuh aktifitas. Waktu dia membutuhkan aktifitas, yang dilakukan ialah mencuri, dengan dia mencuri dia bisa membeli barang yang ia inginkan sebab di rumah atau di sekolah kemungkinan besar dia tidak mendapatkan perhatian, jadi anaknya menyendiri.
  3. Tipe anak yang egosentrik, anak-anak yang sangat egois di mana keinginannya tidak boleh dibendung, yang dia inginkan harus dia dapatkan, dia tidak mengenal batas milik, bahwa ini milik orang lain, ini milik saya sebab orang pun harus tunduk pada keinginannya.
  4. Tipe keempat adalah anak yang bermasalah. Atau yang lebih sering disebut kleptomania yaitu anak-anak yang sebetulnya kompulsif anak-anak yang mempunyai problem perilaku, di mana dia harus mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang dia inginkan tapi dia mengambilnya, karena itu suatu perilaku yang harus dia lakukan.

Situasi-situasi yang mendukung anak melakukan tindakan mencuri, yaitu:

  1. Situasi yang sangat kurang pengawasan terhadap benda-benda berharga di dalam rumah kita.
  2. Sangat kurangnya penanaman hati nurani pada diri anak, sehingga anak-anak itu tidak tahu lagi benar salah. Tidak pernah diajarkan mana yang baik mana yang kurang baik, sehingga akhirnya mencuri bukan sesuatu yang salah baginya.
  3. Kurangnya pengawasan terhadap anak sehingga anak-anak bebas melakukan apa saja yang dikehendakinya.
  4. Situasi ekonomi yang lemah dalam pengertian sangat susah, bisa juga yang sedang tapi kebetulan tinggal di lingkungan yang melampaui kemampuan ekonominya. Jadi teman-temannya memakai baju yang bagus, cincin yang bagus atau apa, akhirnya dia juga tergoda untuk memilikinya.
  5. Situasi budaya, budaya yang membolehkan pencurian. Yaitu sistem kehidupan/ cara hidup di lingkungan-lingkungan tertentu yang seolah-olah memberikan toleransi orang mencuri atau mengambil barang orang lain.

Biasanya ini dilakukan kepada orang-orang yang lebih berada, dan dilakukan selama itu tidak terlalu merugikan pemiliknya. Atau juga dengan merasionalisasi bahwa seharusnya orang membagikan hartanya dengan dia yang tak punya. Contoh : tokoh Robin Hood, Jessie James (mencuri tapi membagikan kepada orang-orang miskin).

Mencuri pada dasarnya mempunyai sistem imbalan yang tersendiri, yaitu:

  1. Imbalan pertama secara psikologis, emosional. Adanya kepuasan karena kita bisa melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh orang lain, kita sedikit lebih berani untuk melakukan hal yang menegangkan.
  2. Selain imbalan dalam mencuri kita bisa memiliki yang dimiliki orang lain, nah ini juga menimbulkan satu kepuasan.
  3. Kita bisa menikmati hasil curian itu, dengan uang yang kita miliki kita bisa beli barang-barang yang kita inginkan.

Nak akhirnya ketiga unsur ini menjadi suatu sistem imbalan dalam mencuri, ini yang membuat akhirnya orang atau anak-anak kecil terus mencuri.

Yang perlu kita lakukan sebagai orangtua terhadap anak yang mencuri:

  1. Melakukan sistem sanksi, salah satu sistem yang bisa diterapkan adalah bukan saja dia harus mengembalikan, tetapi dia harus juga mengembalikan ditambah dengan sanksinya atau hukumannya, ini yang Alkitab katakan.

Alkitab memberi nasehat didalam, Amsal 22:15, Firman Tuhan   "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya." Firman Tuhan menekankan tentang disiplin, pembentukan, pengarahan.   Tidak  ada konsep di Alkitab yang, mendukung pandangan bahwa biarkan anak-anak bertumbuh dengan sendirinya secara natural. Tugas orang tualah untuk mengarahkan anak dan termasuk dalam hal mencuri ini. Saya kira salah satu hal yang paling pokok, harus dilakukan orang tua adalah memberikan pengawasan pada anak. Anak yang tidak terawasi dengan baik cenderung terlibat dalam masalah.  Amsal 23:15 berkata: "Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita. Jiwaku bersukaria, kalau bibirmu mengatakan yang jujur." Nah ini jelas ya, Tuhan akan sangat senang sekali kalau hati kita bijak dan mulut kita melakukan atau mengatakan hal yang jujur. Ini tantangan buat kita orang tua menanamkan hal ini pada anak-anak kita. Berhati bijak dan bermulut jujur.

Sb: Sabda.Org

Sumber : sabda org, Pdt. Dr. Paul Gunadi
Halaman :
1

Ikuti Kami