Anak tidak lahir ke dalam dunia dengan keinginan dan kerelaan menolong; sebaliknya, anak lahir ke dalam dunia dengan keinginan untuk tidak harus bersusah payah melakukan sesuatu bagi orang lain. Keluarga adalah tempat di mana anak menerima didikan agar bisa memiliki keinginan dan kerelaan menolong sesama, dan semua itu dimulai dengan menolong kakak dan adiknya. Berikut akan dipaparkan beberapa masukan untuk menumbuhkan sifat saling tolong pada anak.
- Sebagaimana hal lainnya yang tidak bersifat kodrati, menolong sesama adalah sesuatu yang mesti diwajibkan dan diperintahkan kepada anak. Jadi, tidaklah benar bila orangtua beranggapan bahwa ia hanya perlu menantikan tumbuhnya sifat saling tolong pada diri anaknya. Ia harus menanamkan hal ini pada anaknya dan memerintahkan anak untuk saling tolong. Memang pada awalnya saling tolong merupakan suatu keterpaksaan tetapi perlahan namun pasti sifat saling tolong akan terbentuk dan akhirnya menjadi bagian dari kepribadiannya.
- Pada awalnya penekanan diberikan pada aspek "saling" yakni bergantian melakukan sesuatu yang bermanfaat kepada satu sama lain. Memang pada tahap ini, saling tolong lebih merupakan transaksi jual-beli yaitu melakukan sesuatu dengan pengharapan bahwa suatu hari kelak akan ada imbalan yang sepadan. Biasanya anak akan menagih imbalan itu dan orangtua mesti memastikan bahwa imbalan itu diberikan oleh kakak atau adiknya. Pada tahap ini perlu adanya kekonsistenan bahwa imbalan akan diberikan sebab jika tidak, semangat saling menolong cepat pudar. Juga, penting adanya kekonsistenan memberi-menerima sebab ini adalah dasar keadilan dan kepatutan. Anak yang tidak memahami hal ini akan mengalami kesulitan dalam pergaulan; ia hanya tahu meminta namun tidak tahu memberi.
- Pada tahap berikutnya, setelah anak berusia sekitar 6-7 tahun, orangtua mesti mulai meminta anak melakukan sesuatu untuk kakak dan adiknya dengan imbalan yang berasal dari orangtua, bukan dari kakak dan adiknya. Dengan kata lain, pujian orangtua menjadi pengganti imbalan yang seharusnya diberikan oleh kakak atau adiknya.
- Pada tahap selanjutnya, yakni sewaktu anak berusia di atas 8 tahun, orangtua dapat mengajak anak memahami kebutuhan kakak dan adiknya yang memerlukan pertolongannya. Dengan kata lain, pada tahap ini anak diajar untuk berempati dan menjadikan empati sebagai dasar pertolongan yang diberikannya.
- Pada akhirnya anak mesti diajarkan untuk melihat semua ini dari kacamata Tuhan yakni Tuhan menghendaki kita untuk menolong. Oleh sebab Ia adalah Allah pengasih, Ia mau agar kita anak-anak-Nya menjadi seperti diri-Nya pula yaitu mengasihi sesama dan menunjukkannya secara konkret dalam bentuk pertolongan. Firman Tuhan mengingatkan, "Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:3-4)
by. Pdt. Dr. Paul Gunadi