Sementara anak membentuk identitas dan konsep mengenai diri sendiri, mereka secara implisit menentukan nilai positip dan negatip terhadap profil atribut mereka sendiri. Secara kolektif, evaluasi diri ini merupakan harga diri si anak.
Harga diri berbeda dengan konsep diri. Konsep diri tidak bersifat penilaian, sedangkan harga diri lebih mengacu pada evaluasi seseorang terhadap kualitas diri sendiri. Sekalipun sulit untuk mengukur harga diri anak dibawah usia 12 tahun, namun hal ini patut menjadi perhatian orang tua, karena harga diri yang buruk mungkin menjelaskan kegagalan anak di sekolah. Selain itu harga diri yang buruk akan membuat anak merasa tidak mampu berkembang, belajar dan berhubungan dengan orang lain.
Hal-hal yang dapat menghancurkan harga diri seorang anak antara lain adalah rasa takut atau tidak adanya rasa aman, dan rasa malu yang merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi setiap anak. Sedangkan hal-hal yang dapat membangun harga diri anak adalah apabila anak disukai, disayangi, anak tahu dirinya berarti positip bagi dunianya dan orang tuanya, serta cinta kasih yang nyata.
Hal-hal ini terangkum dan dapat diwujudkan dalam pemberian pujian kepada anak. Setiap anak membutuhkan pujian, untuk merasakan bahwa mereka mampu menyelesaikan sesuatu yang penting. Tidak mengherankan jika setiap anak senang sekali ketika menerima pujian.
Pujian juga memberikan akibat yang positif bagi anak, karena dapat memupuk percaya diri anak, mendorong anak untuk mengulang hal-hal yang positif, dan memacu prestasi anak. Pada dasarnya, setiap anak membutuhkan perasaan bahwa mereka mempunyai pengaruh atau kontribusi yang positif bagi lingkungannya, dan berharga bagi kelompok serta orang disekitarnya. Semua itu dapat dirasakan dan dimengerti dengan mudah oleh anak ketika dia mendapat pujian.
Bentuk pujian yang diberikan oleh orang tua dapat berupa pujian secara verbal, hadiah, sikap yang hangat (pelukan, ciuman atau tepuk tangan). Misalnya orang tua dapat mendorong anak untuk mengerti pengertian-pengertian rohani, menghafal ayat Alkitab, dan menstimulir dengan pujian atau hadiah.
Pujian juga dapat diberikan kepada anak dalam proses sosialisasinya. Orang tua dapat mendorong dan mengarahkan anak untuk mengambil bagian dalam aktivitas kelompoknya, dengan mengikuti aturan main dan tidak merugikan orang lain. Anak harus ditolong untuk mengembangkan kecintaannya untuk menolong orang lain. Dengan ini orang tua juga menolong anak menyalurkan energi dan partisipasinya secara positif dan menemukan pikiran-pikiran dan emosinya terhadap sesamanya. Diharapkan dalam perkembangannya kelak
anak dapat mengembangkan dengan baik kecintaannya terhadap orang yang belum mengenal Tuhan dan menumbuhkan kepedulian sosialnya.
Sebaliknya, anak-anak yang miskin di dalam mendapatkan pujian, khususnya dari orang tua dan orang yang dekat dengannya, akan cenderung untuk menjadi pasif, kurang percaya diri dan kurang mempunyai semangat untuk maju. Dengan demikian anak akan bertumbuh dengan harga diri yang buruk.
by. Ev. Ayny L Susanto, STh