Jika Si Kecil Pandai Merayu
Sumber: google

Parenting Superbook / 19 July 2014

Kalangan Sendiri

Jika Si Kecil Pandai Merayu

Zakarias Feoh Official Writer
2281

Anak pandai bicara? Pasti menyenangkan sekaligus membanggakan. Kadang malah membuat kita tertawa karena dia sudah mulai berkata-kata sambil diselipi rayuan. Misalnya dengan cara memuji-muji kita lebih dulu tapi sebetulnya ada maunya

Anak bisa berbuat seperti itu semata karena meniru lingkungan. Entah melihat contoh dari orang tuanya, teman, tetangga, atau lihat di televisi.

Memuji dengan pamrih
Meski perilaku tersebut terlihat wajar sebetulnya gaya merayu seperti itu kurang baik bagi anak. Selain tak bermanfaat, anak akan terbiasa mengeluarkan jurus rayuan gombal. Padahal di masa emas ini, anak harus selalu mendapat hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangannya. Itu penting bagi masa depan si anak sendiri"

Dampak buruk lainnya, anak seperti diajarkan untuk tidak berusaha jika ingin memperoleh sesuatu. "Maksudnya, dia jadi tak berusaha keras." Anak akan berpikir, "Ah, gampang, rayu aja nanti juga diberi."

Pemberian reward
Lain halnya jika cara merayunya dalam bentuk perbuatan nyata. Semisal membantu membereskan tempat tidur, membawa baju kotor ke keranjang cucian, membantu menata meja makan, dan sebagainya. Nah, rayuan seperti ini adalah rayuan yang bagus sekali. Sebab selain berguna bagi dirinya juga baik untuk lingkungan. Yang seperti ini harus diberi reward.

Namun rayuan macam ini juga harus tetap diwaspadai. Soalnya, bisa saja dilakukan anak demi mencapai tujuan tertentu. "Aku mau bawa minuman Ayah, ah, biar nanti dibeliin PS2."

Nah, untuk menghindari hal tersebut sebenarnya mudah, kok. Yang diperlukan hanya kejelian orang tua. Misalnya, bila anak biasanya susah dimintai bantuan lalu tiba-tiba tanpa diminta menawarkan diri mengerjakan sesuatu, kita boleh curiga, ada apa, nih dengan si kecil.

Komunikasikan dengan anak. Misalnya, "Wah, hebat, loh, anak Papa membawakan minuman. Sekarang papa mau tanya, ada apa, sih?" Dari situ akan terlihat, apa sebetulnya maksud dan tujuan anak. Setelah itu, boleh saja kita membuat perjanjian dengan anak, "OK, Papa akan belikan boneka tapi janji, kamu harus seperti ini setiap hari. Menjadi anak baik yang selalu membantu orang tua."

Tak perlu diungkit
Bisa juga hal tersebut kita jadikan sebagai aturan karena sebetulnya anak prasekolah sudah mampu melakukan hal-hal terpuji setiap harinya, hanya saja dia malas. "Mulai sekarang kalau kamu bisa bangun pagi langsung beres-beres tempat tidur, sepulang sekolah langsung memasukkan pakaian ke keranjang cucian, dan membantu Mama, akan diberi hadiah."

Jika aturan ini berhasil, selanjutnya kita perpanjang pemberian reward. Misalnya, setelah bisa melakukan aktivitas harian selama 2 minggu dengan baik, baru kita kasih reward. Begitu seterusnya. Lama-lama hal tersebut akan menjadi kebiasaan anak. Kita pun secara otomatis sudah bisa mencabut pemberian reward.

Memang mungkin ada saat-saat di mana anak "lupa" mengerjakan tugas rutinnya. Nah, tugas orang tua mengingatkan hal itu. Yang juga harus diingat,orang tua tak perlu mengungkit-ungkit lagi reward yang telah diterima anak. Supaya anak mengerti, perbuatan seperti itulah yang membuat kita perhatian dan sayang padanya.

Soalnya, jika kita mengungkit reward yang dia terima. Bisa dimanfaatkan anak untuk memenuhi keinginannya. Anak tidak belajar mengolah perbuatan yang dilakukan. Yang dia pikirkan adalah tujuan akhirnya. Seharusnya anak bisa berpikir, "Ternyata aku mampu, kok membereskan tempat tidur sendiri," misalnya, atau "Aku ternyata pintar juga menyemir sepatu Papa," Mudah, kan?

Sumber : jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami