DASAR ALKITABIAH  PENDIDIKAN  IMAN DALAM KELUARGA-1
Sumber: google

Pelayanan Anak / 19 July 2014

Kalangan Sendiri

DASAR ALKITABIAH PENDIDIKAN IMAN DALAM KELUARGA-1

Hevi Teri Official Writer
1521

 

Mari kita perhatikan beberapa bagian Alkitab yang berbicara tentang pendidikan rohani bagi generasi yang berikutnya.

Ulangan 6. Dalam pasal ini Musa memaparkan kepada bangsa Israel intisari perintah-perintah Tuhan yang harus diajarkan kepada anak-anak. Mereka harus mengajarkan perintah-perintah tersebut “apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring clan apabila engkau bangun” (ayat 7).

Perintah untuk menaati Allah bukanlah sekedar sesuatu yang diajarkan secara formal kepada para pendengar yang pasif. Sebaliknya, menjadi proses yang terus-menerus memakai kejadian sehari-hari dalam kehidupan anak Sehingga membangkitkan rasa tertarik mereka akan hal-hal yang berkenaan dengan Tuhan.

Sebagai orangtua kita juga diperintahkan untuk konsisten “melakukan apa yang baik dan benar di mata Tuhan” (ayat 18), yang didalamnya terkandung pengertian bahwa pengaruh kuat hanya dimungkinkan melalui keteladanan hidup orangtua.

Para orangtua harus memberi teladan untuk dilihat anak-anaknya, bukan sekedar memberikan peraturan-peraturan untuk dipatuhi.

Sebagai orangtua, kita adalah cermin bagi anak-anak kita dan merupakan contoh/model kongkrit bagi mereka bagaimana iman dan kehidupan sehari-hari menyatu. Apa yang mereka lihat dalam diri kita adalah cermin yang menunjukkan siapa mereka dan akan menjadi  apa mereka.

Kita adalah cermin istimewa dan tidak ada duanya, sebuah cermin dengan perasaan, penilaian dan akal. Ketika anak-anak kita berkaca  ke arah kita untuk mencari identitasnya dan kesannya akan dunia, mereka melihat pantulannya yang telah disaring melalui sistem nilai kepercayaan kita.

Efesus 6: 4, “…jangan bangkitkan amarah dii dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka dii dalam ajaran clan nasihat Tuhan.”

Bagian pertama perintah ini bemada negatif, memperingatkan orangtua untuk mengevaluasi cara mereka dalam mendidik berdasarkan reaksi anak. Jika hasilnya mengakibatkan frustasi dan kecil hati metode yang dipakai pastilah tidak cocok walaupun tujuannya baik. Bagian kedua dari ayat ini bernada positif, menggabungkan ajaran melalui tindakan dan kata-kata. Pemakaian kedua istilah ini menunjukkan rasul Paulus menyadari betul kebutuhan akan keseimbangan antara tindakan dan kata-kata. Bukankah mulut berucap tubuh bersikap!


>>>>

oleh : Pdt. Jotje Hanri Karuh

Sumber : google
Halaman :
1

Ikuti Kami