Tuntutan dan Kasih
Sumber: Foto

Parenting Superbook / 12 July 2014

Kalangan Sendiri

Tuntutan dan Kasih

Zakarias Feoh Official Writer
1605

Tuntutan hidup seringkali membuat setiap orang berusaha agar anak-anaknya bekerja dan berusaha keras sejak dini.  Khususnya didalam hal pendidikan, banyak orang tua memberi perhatian besar kepada anak-anaknya. Sebagai contoh banyak orang tua yang memikirkan pendidikan dan masa depan anak-anak.  Sayangnya sebagian besar perhatian orang tua pada anak sesungguhnya lebih berbentuk tuntutan. Tanpa disadari, pola asuh seperti ini pada akhirnya berpotensi menjerumuskan anak ke dalam masalah kepribadian yakni borderline.

Berikut akan dipaparkan kemungkinan buruk dari pola asuh seperti ini. Tuntutan tinggi membuat anak fokus hanya pada aspek di luar dirinya, yaitu performa dan tugas. Alhasil, apa saja yang ada di dalam dirinya luput dari perhatian orang tua dan juga dirinya.  Tuntutan tinggi membuat anak melihat apa yang masih kurang pada dirinya, bukan pada apa yang telah cukup. Akhirnya anak cenderung sukar menerima diri dan orang lain pula. Pandangan menjadi kritis baik terhadap dirinya maupun orang lain.

Tuntutan tinggi juga membuat anak susah merasa puas dengan dirinya atau apa yang telah dihasilkannya. Untuk memuaskan dirinya, ia cenderung menuntut diri dan orang lain untuk makin menghasilkan sesuatu - ibarat orang yang tengah mengejar angin.  Jika tidak diimbangi dengan kasih atau minimnya kasih membuat anak tidak tahu bagaimana mengasihi. Kita hanya dapat mengasihi bila kita pernah menerima kasih. Akibatnya setelah besar anak-anak ini tidak terbiasa mengasihi, namun akan menuntut orang atau pasangan untuk mengasihi sebab inilah kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Minimnya kasih membuat anak sukar berempati pada orang. Ia cenderung menuntut tanpa belas kasihan karena susah memahami kondisi orang.  Minimnya kasih dan tingginya tuntutan membuatnya menjadi orang yang tidak sabar dan menuntut dengan seketika.  Akhirnya ia tidak bisa bernegosiasi untuk mencapai tujuan bersama karena obsesinya adalah obsesi individu.

Pada akhirnya pola asuh ini berpotensi menciptakan generasi anak yang borderline di mana keinginannya harus dituruti sebab jika ditolak, ia menganggap kita musuhnya. Ia pun sukar memecahkan konflik sebab untuk itu diperlukan kesabaran yang panjang dan kerelaan untuk mengalah.  Anak ini cenderung produktif karena tingginya tuntutan, namun tidak sehat.   Dia mudah putus asa dan tidak sabar untuk menyelesaikan segalasesuatunya. 

Alkitab memberikan nasehat bagi setiap orang tua, untuk memperhatikan dan mengajarkan anak-anaknya didalam kasih.  Tentunya didalam kasih anak-anak diharapkan untuk berusaha mencapai semua cita-citanya dengan takut dan hormat akan Tuhan.  "Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya." (Amsal 27:18)

Sumber : sabda org, berbagai sumber, zf
Halaman :
1

Ikuti Kami