Tata krama dan disiplin merupakan aspek penting dalam mendidik anak secara tepat. Tetapi mengajarkan tata krama kepada anak-anak bukanlah solusi menyelesaikan kerusakan moral yang dihadapi manusia. Menjatuhkan hukuman bagi perbuatan yang salah juga tidak menyelesaikan masalah. Orangtua maupun pendidik yang memusatkan semua tenaga mereka untuk memperbaiki perilaku lahiriah atau mencegah perilaku yang menyimpang melalui ancaman disiplin sebenarnya tidak lebih dari sekedar melatih kemunafikan.
Bahkan beberapa orangtua yang beranggapan bahwa mereka berhasil mendidik anak mereka berlaku sopan saat berbicara dengan orang dewasa. Tetapi di belakang orangtua, anak-anak yang sama bisa berubah menjadi anak yang paling nakal dan susah dikendalikan, terutama ketika mereka sedang bersama teman sebaya tetapi tidak ada sosok otoritas yang hadir.
Sedangkan orangtua terkesan tidak menyadari karakter sejati anak-anak mereka. Hampir semua guru dan pendidik mengetahui betapa frustrasinya mereka saat berhadapan dengan seorang anak yang bermasalah dimana orangtuanya sama sekali menolak untuk mempercayai bahwa anak mereka mampu melakukan perbuatan jahat yang serius. Hal ini sering terjadi karena orangtua telah berfokus semata-mata pada masalah-masalah seperti perilaku umum, tata krama lahiriah, dan bersikap sopan terhadap orang dewasa, tetapi mereka tidak memiliki pengertian mengenai keadaan sebenarnya dari hati anak mereka. Seringkali sang anak mentaati orangtua hanya demi menghindari hukuman.
Memaksakan perilaku lahiriah melalui ancaman disiplin merupakan ajaran perilaku belaka. Tata krama baik yang dihasilkan oleh suatu pendekatan serupa ini hanyalah reaksi yang sudah dipolakan. Sementara pengendalian perilaku jenis ini mungkin tampak menghasilkan keajaiban sesaat (terutama ketika orangtua berada di dekat sang anak). Hal ini tidak menangani masalah kerusakan moral yang merupakan masalah hati.
by. Stella Maris International Education