Dulu Pasanganku Unik, Tetap Sekarang?

Marriage / 27 June 2014

Kalangan Sendiri

Dulu Pasanganku Unik, Tetap Sekarang?

Yenny Kartika Official Writer
4186

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya (Mazmur 139:14 TB).

Setiap orang dibentuk secara unik oleh Tuhan dan tidak ada dua orang yang sama sekalipun mereka kembar, namun setiap manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Sang Khalik. Keunikan sidik jari yang berbeda, keunikan DNA yang berbeda dan masih banyak lagi hal-hal lain yang berbeda satu dengan yang lainnya yang menyebabkan setiap individu "unik" adanya. Anak kembar misalnya, sekalipun hidup dan bertumbuh dalam rahim ibu yang sama, memiliki keunikan masing-masing; mereka tidak mempunyai kehidupan yang sama, masing-masing hidup dan bertumbuh sendiri-sendiri di dalam rahim ibu mereka pada saat yang sama. Bukankah ini unik? Jika yang diciptakan unik adanya maka Sang Khalikpun Unik adanya.

Perkataan "unik" memang sangat menarik untuk disimak, karena "unik" memberikan pengertian sebagai satu-satunya yang memiliki ciri khas seperti yang ditampilkan. Apakah yang unik itu orang atau benda, kedua-duanya memberikan pengertian yang sama. Contoh, radio ini sangat unik sekali, artinya radio tersebut tampil berbeda dengan radio-radio lainnya. Pria itu sangat unik penampilannya, artinya pria tersebut tampil berbeda dari pria-pria lainnya, sedangkan keunikan itu sendiri tingkatannya berbeda-beda tergantung dari persepsi orang yang melihatnya.

Dua orang yang berpacaran tertarik karena masing-masing menemukan keunikan dalam pribadi pasangan mereka. Mereka menemukan sesuatu yang berbeda yang tidak mereka temukan baik dalam pribadi mereka sendiri maupun dalam kehidupan pribadi-pribadi manusia lainnya, sehingga keunikan yang mereka temukan bagaikan magnet yang mempunyai daya tariknya sendiri. Sudah barang tentu dengan terlibatnya perasaan (emosi orang yang sedang jatuh cinta) akan sangat mempengaruhi persepsi atau sudut pandang tentang keunikan itu sendiri. Dengan berjalannya waktu kedua pasangan tersebut sudah lebih jarang memperhatikan tentang keunikan pribadi dari masing-masing pasangan hidup mereka, apa lagi setelah memasuki pernikahan yang telah menghasilkan keturunan. Tidak jarang sesuatu yang pada awalnya dianggap sebagai sesuatu yang unik, yang dapat memperkaya kebutuhan dalam memperlengkapi kehidupan berumah tangga, kini dianggap sebagai suatu perbedaan yang mengganggu.

Kenapa hal ini dapat terjadi? Perubahan apakah sesungguhnya yang sedang terjadi? Bagaimana sesuatu yang pada awalnya dianggap unik dan dibutuhkan dapat berubah menjadi sesuatu yang dianggap berbeda, mengganggu bahkan perubahan persepsi dari unik menjadi berbeda dapat mempengaruhi perjalanan hidup sebuah keluarga? Apakah sesungguhnya yang sedang terjadi yang dapat membuat perubahan sedemikian rupa? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, hendaklah kita kembali kepada posisi semula dengan bertanya kenapa aku pada awalnya menganggap bahwa calon pasangan hidupku tersebut "unik" sehingga aku tertarik padanya, tertarik pada penampilannya yang berbeda, tertarik pada pribadinya yang ramah pada semua orang, namun kini hal-hal yang dahulu aku anggap sebagai sesuatu yang "unik" menjadi sesuatu yang mengganggu bahkan dia berbeda dari kebanyakan suami atau isteri yang aku kenal.

Masalahnya adalah, persepsi yang Anda pergunakan pada saat proses jatuh cinta sedang terjadi tidak sama dengan standar persepsi yang Anda pergunakan saat ini. Standar persepsi yang Anda pergunakan pada awalnya dipengaruhi oleh emosi Anda untuk mendapatkan perhatian dari orang yang Anda ingin jadikan pasangan hidup Anda. Ada sebuah persaingan dengan orang lain di sekitar Anda yang juga menginginkan pasangan hidup Anda pada saat itu, wajar-wajar saja. Namun kini setelah menikah, suamiku atau isteriku adalah milikku semata-mata, dia harus berubah donk, dia ga boleh ramah pada setiap orang donk...Nah Anda telah menggantikan standar nilai persepsi awal dengan standar nilai persepsi masa kini. Orang yang sama yang berada di samping Anda pada saat ini adalah orang yang Anda kenal pada saat itu yang mana menurut pandangan Anda pada saat itu adalah orang yang "unik" berdasarkan pengamatan Anda pada saat itu. Keunikan yang Anda kenal sudah ada sejak masa pacaran dan Anda menyukainya, kenapa setelah menikah keunikan ini merupakan sesuatu yang mengganjal kehidupan Anda berumah tangga yang seharusnya menjadi rumah tangga yang "unik" juga? Apakah Anda ingin merubah keunikan pasangan hidup Anda menjadi seperti Anda? Kalau ini yang Anda inginkan, Anda akan mengalami kekecewaan yang besar, karena pasangan hidup Anda bukan Anda. Pasangan hidup Anda diciptakan segambar dan sepeta dengan Sang Khalik! Nah siapa yang bermasalah dalam hal ini? Anda yang merubah standar persepsi Anda atau pasangan hidup Anda?

Perkelahian dalam rumah tangga bukan disebabkan karena keunikan yang ada pada kedua orang yang menikah tersebut; perkelahian atau pertengkaran biasanya disebabkan karena persamaan-persamaan yang ada dalam diri kedua orang yang menikah tersebut. Persamaan-persamaan yang ada akan membangkitkan ego dan jika ego salah satu pihak melambung tinggi maka ego tersebut dapat merupakan faktor pencetus pertengkaran. Misalnya, baik isteri maupun suami memiliki sudut pandang yang sama tentang pendidikan anak-anak mereka. Namun demikian cara atau metode siapa yang harus diikuti? Jika penentuan sekolah mana yang akan dipilih didasarkan pada ego masing-masing pihak dengan mengabaikan kebutuhan atau kemampuan anak yang bersekolah, maka anak menjadi target ego orang tua dan akan menderita. Keunikan dalam berpikir dapat menyelesaikan masalah ini, karena keunikan yang ada tidak menampilkan ego, tapi kebergantungan pada pasangan hidupnya, karena sadar ia tidak memiliki keunikan tersebut. Kebutuhan anak diperhatikan, keunikan anak dalam hal karakter dan kemampuannya ikut menjadi bahan pertimbangan bahkan anak dilibatkan dalam penentuan tersebut. Jika hal ini terjadi, rumah tangga Anda bukan hanya "unik" tapi sangat harmonis. Jika kebersamaan yang ada menampilkan ego yang kuat maka salah seorang dari pasangan suami dan isteri tersebut dapat saja berkata, “tanpa engkaupun aku bisa”. Bukankah hal ini dalam jangka panjang merupakan faktor pencetus perkelahian dalam rumah tangga? Kenapa demikian? Karena kemampuan membuat orang menjadi sombong tapi kasih membangun (1 Korintus 8:1). Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat.

 

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami