Sukses = Melakukan Kehendak Allah
Sumber: clovisortho.com

Kata Alkitab / 8 June 2014

Kalangan Sendiri

Sukses = Melakukan Kehendak Allah

Budhi Marpaung Official Writer
2885

Terlalu sering sukses diukur oleh standar-standar duniawi – kuantitas, bangunan, kepribadian, publisitas, dan uang. Namun ketika tes-tes datang, semua ini bisa terbakar hangus dalam sekejap jika tidak dibangun di atas batu karang kesetiaan (baca: [kitab]matiu7:26-27[/kitab]).

Setelah tiga setengah tahun melayani, Yesus tidak tampak sukses. Banyak murid yang meninggalkan-Nya ([kitab]yohan6:66[/kitab]), bahkan salah seorang dari kedua belas murid-Nya mengkhianati DIa. Dia satu sisi, ketika Kristus tergantung di atas kayu salib, Ia tampak seperti suatu kegagalan total, namun sesungguhnya Ia adalah pemenang terbesar di sepanjang zaman. Kalau begitu, bagaimana cara Allah mengukur kesuksesan?

Dalam cara Allah, sukses diukur dengan satu hal yakni apakah kita sudah menyelesaikan kehendak-Nya bagi hidup kita atau belum! Kalau kita telah melakukan kehendak Allah, hasil kerja kita akan tinggal tetap dan tidak musnah terbakar api.

Kehendak Allah bagi Tuhan Yesus Kristus adalah agar Ia disalibkan. Itu bukanlah suatu cara yang populer. Bagi mata jasmani, Yesus kelihatan seperti kegagalan total. Sebaliknya, dengan ketaatan-Nya, Dia mengalahkan seorang penghulu malaikat yang luar biasa, semua roh jahat, dan malaikat-malaikat yang telah jatuh ke dalam dosa.

Yesus mengalahkan suatu sifat lama yang tidak pernah dapat manusia kuasai dan Dia membayar hutang dosa manusia. Di samping semua ini, apa yang telah Dia tanam di dalam kehidupan dua belas rasul selama masa pelayanan-Nya menghasilkan buah yang luar biasa. Rasul-rasul ini dan ayat-ayat Alkitab yang mereka tulis menjadi batu-batu pondasi bagi gereja ([kitab]efesu2:20[/kitab]); sementara Kristus menjadi Batu Penjuru Utama.

Oleh sebabnya, Gereja saat ini jangan mengukur kesuksesannya dengan didasarkan pada popularitas, kharisma, kepribadian, dan kelompok yang besar. Sebab ini adalah gagasan dunia tentang sukses. Sukses juga jangan diukur dari seberapa banyak kita dapat mendemonstrasikan karunia-karunia rohani atau urapan Alah.

Urapan dan karunia-karunia rohania bukanlah bukti bahwa Allah berkenan ([kitab]matiu7:22-23[/kitab]; [kitab]ikori9:27[/kitab]). Allah memberi mukjizat, kesembuhan, kelepasan, perlindungan, dan kecukupan kepada Israel selama mereka berjalan di padang belantara, bahkan ketika mereka tidak taat dan berada di luar kehendak Allah selama empat puluh tahun. Tidak satu pun dari berkat-berkat ini yang membuktikan bahwa Allah berkenan kepada kita.

Bahkan memiliki hadirat Allah pun bukan merupakan suatu tanda bahwa Allah berkenan. Allah berkata kepada Israel yang pemberontak, “Hadirat-Ku ada bersamamu” (Keluaran 33:22-17, versi King James, terjemahan bebas), tetapi itu disebabkan karena Allah panjang sabar dan murah hati kepada mereka. Banyak jemaat menganggap bahwa perkenanan Allah ada atas mereka dan bahwa Allah menyetujui apa yang mereka lakukan karena hadirat-Nya ada bersama mereka, tetapi ini tidak benar sama sekali.

Melakukan kehendak Allah itu lebih penting daripada merasakan hadirat Allah. Yesus tidak merasa enak ketika Dia disalibkan. Dia tidak merasakan urapan dan hadirat Allah tatkala Dia pergi ke Kalvari, akan tetapi itu adalah kehendak Allah bagi-Nya, dan itu jauh lebih penting.

Sukses tidak selalu diukur dengan merasakan hadirat Allah. Sukses itu dicapai tatkala kita melakukan kehendak Allah.

Sumber: Kekristenan Sejati – Paul G. Caram / bm

Halaman :
1

Ikuti Kami