Mereguk Cinta

Marriage / 3 June 2014

Kalangan Sendiri

Mereguk Cinta

Puji Astuti Official Writer
3443

Setiap orang ingin dikasihi dan tidak seorangpun ingin hidup tertolak. Penulis banyak berhubungan dengan orang yang hidupnya tertolak baik dalam keluarga, dikantor atau dilingkungan dimana orang-orang ini hidup dan bertumbuh. Orang-orang yang hidupnya penuh dengan penolakan akan bertumbuh menjadi barisan sakit hati; mereka akan bertumbuh menjadi orang-orang yang rendah diri dan tidak jarang mereka bertumbuh menjadi orang-orang yang melampiaskan sakit hatinya dalam bentuk kekerasan, obat-obat terlarang, alkohol dan sebagainya. Mereka merasa diterima jika mereka berkumpul diantara orang-orang yang juga hidupnya tertolak, karena ada kebersamaan dalam pola kehidupan mereka.

Tidak jarang orang-orang dari kelompok ini demi mereguk cinta rela mengorbankan segala-galanya dan menjadi budak perlakuan orang-orang yang kejam yang tahu menggunakan kesempatan untuk menindas orang-orang yang hidupnya tertolak ini. Orang tua yang melecehkan, menindas maupun menganiaya anak-anak mereka akan menimbulkan luka-luka yang sulit untuk disembuhkan dalam kehidupan anak-anak mereka. Anak-anak ini akan bertumbuh dalam kebimbangan karena orang tua yang seharusnya mengasihi dan melindungi mereka telah memperlakukan mereka secara buruk dan kejam. Untuk dapat mereguk cinta dari orang tua mereka, mereka melihat diri mereka sebagai orang-orang yang jahat karena itu perlu diperlakukan dengan kejam (ini adalah kasih dalam pandangan mereka) agar mereka dapat berubah menjadi baik sesuai dengan standar orang tua mereka sedangkan orang tua dalam pandangan mereka adalah orang-orang yang sempurna!

Tidak heran mereka bertumbuh menjadi besar dengan perasaan rendah diri, tertolak dan merasa diri mereka tidak baik. Mereka cenderung mencari pasangan hidup yang mirip dengan orang tua mereka, yaitu pasangan hidup yang dapat menindas dan memperlakukan mereka secara kasar. Menghadapi pasangan hidup seperti ini mereka merasa dipuaskan dan merasa diterima serta dikasihi karena itulah pengalaman hidup mereka bersama dengan orang tua mereka. Konsep Tuhan itu baik sangat sulit untuk diterima karena definisi baik yang mereka alami dalam perjalanan hidup mereka sangat berlawanan dengan baik yang sesungguhnya. Karena tidak pernah mereguk perlakuan baik maupun dikasihi dalam hidup ini, mereka tidak mengerti baik itu sesungguhnya apa? Bagi anda pembaca budiman, hidup ini sangat singkat karena itu perlakukanlah anak-anak anda dengan sebaik baiknya, mereka adalah pemberian Tuhan, mereka adalah milik pusaka dari pada Tuhan (Mazmur 127:3).

Bagaimana cara anda memperlakukan milik pusaka yang diberikan kepada anda? Bukankah anda merawat dan memperlakukannya sebaik-baiknya dan menaruh nilai yang tak terhingga karena harta warisan tersebut tak tergantikan bukan? Demikian juga dengan anak-anak, mereka adalah milik pusaka dari pada Tuhan yang diberikan kepada anda selaku orang tua (Mazmur 127:3), bukankah sudah selayaknya sebagai orang tua anda memperlakukan mereka dengan baik serta mengasihi mereka dengan kasih yang tulus, mereka juga tidak tergantikan bukan? Setiap hari yang anda jalani bersama anggota keluarga anda tidak pernah akan kembali lagi, karena itu pergunakan setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya untuk saling mengasihi, untuk saling membangun dan untuk saling memperhatikan.

Langit dan bumi suatu saat akan berlalu, tetapi Firman Tuhan kekal selamanya (Lukas 21:33). Kehidupan kita sekalianpun akan berlalu dari bumi yang fana ini dan kita sekalian akan masuk dalam kekekalan. Apakah kekelan di Surga atau Neraka tergantung dari kepada siapa kita beriman? Sadar akan kehidupan yang hanya sementara ini, mari kita hidup untuk saling mengasihi, dimulai dari rumah tangga kita masing-masing. Bagaimana anda menghargai pasangan hidup anda, anak-anak serta anggota keluarga anda yang lainnya terlihat dari perilaku anda terhadap mereka sekalian. Kasih itu bukan terlihat dari perkataan yang anda ucapkan tapi dari perilaku anda terhadap orang-orang yang anda kasihi. Kasih itu juga bukan terlihat dari berapa banyak pengetahuan anda tentang kasih itu tapi dari perilaku anda dalam memanifestasikan pengetahuan anda tentang kasih tersebut dalam bentuk perilaku yang nyata.

Anda mungkin banyak mengikuti seminar tentang bagaimana harusnya mengasihi itu dan anda mungkin membuat banyak catatan tentang pelajaran-pelajaran yang anda terima baik dari buku-buku yang anda baca maupun seminar-seminar yang anda ikuti, tapi apakah anda memperaktekkan kasih itu? Jika anda membaca catatan dalam buku check anda, apakah anda juga menemukan catatan pengeluaran untuk orang-orang yang anda kasihi untuk kebutuhan peribadi mereka? Ataukah perkataan yang anda ucapkan terus menerus berkisar sekitar pemboros bahkan memberikan julukan pemboros pada pasangan hidup anda, sementara anda sangat sulit untuk mengeluarkan uang anda.

Sudah barang tentu penulis juga setuju bahwa ada orang-orang yang hidupnya boros bahkan sangat boros dan tidak memikirkan masa depan keluarga melainkan memikirkan kepentingan diri sendiri. Orang-orang seperti inipun akan sangat marah jika keinginan mereka tidak terpenuhi namun penulis tidak bermaksud untuk menulis artikel untuk orang-orang seperti ini pada kesempatan ini.

Penulis mengajak anda sekalian untuk melihat jumlah hari dalam kehidupan yang singkat ini agar hari-hari ini dapat dipergunakan semaksimalnya untuk saling mengasihi. Semoga tulisan ini bermanfaat dan boleh menjadi berkat. Tuhan memberkati.

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,Psy.D.

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Rev. Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami