Berita-berita bersifat menggoyahkan kepercayaan terhadap sosok calon presiden dan wakil presiden kian santer beredar. Seperti yang dialami capres Joko Widodo yang kerap diisukan dengan beragam berita miring, salah satunya menyangkut isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan).
Isu nama depan H Jokowi disebut-sebut adalah Hubertus. Dengan terang pria asal Solo ini membantah dan menyebut gelar H di depannya adalah Haji setelah menunaikan ibadah bersama dengan keluarganya pada tahun 2003 silam.
Serupa dengan itu, tokoh agama yang juga merupakan relawan Jokowi angkat bicara. Salah satunya, tokoh Kristiani Diben Elabi, Ketua Relawan Papua for Jokowi President (BARA JP) menyebut isu itu bersifat memecah belah dan dijadikan sebagai pengalihan isu agama dalam situasi menjelang Pemilihan Presiden, 9 Juli 2014 nanti.
“Kami relawan Jokowi tidak pernah mengutarakan isu SARA. Setahu saya malah calon lainnya yang ibu dan adiknya beragama non Muslim,” kata Diben Elabi.
Isu ini mencuat sejak tersiarnya foto Jokowi yang dikabarkan meninggal dunia. Foto itu juga menerakan nama depan Jokowi dengan Herbertus beserta nama Tionghoa yang disematkan kepada mantan Walikota Solo ini.
Menjelang Pemilihan Presiden, beragam isu miring kerap menyerang kedua pasangan calon presiden. Hal ini tentu sangat mempengaruhi persepsi publik akan pilihannya terhadap calon pemimpin bangsa yang sesaat lagi dipilih. Masihkah kita tetap membiarkan kampanye hitam beredar dan merusak persepsi para calon pemilih?
Baca Juga Artikel Lainnya:
Paus Fransiskus Serukan Perdamaian Israel-Palestina
Didukung FPMM, Prabowo: Setengah Darah Saya Indonesia Timur
Paus Fransiskus Serukan Perlindungan Umat Katolik Palestina
Prabowo Serahkan Hadiah Juara Indonesian Idol
Ahok Prihatin Isu Negatif yang Menyerang Jokowi
Berkat Solusi Aku Tidak Jadi Bunuh Diri
Sumber : Tribunnews.com/jawaban.com/ls