The Power of Process
Sumber: briantracy.com

Kata Alkitab / 17 May 2014

Kalangan Sendiri

The Power of Process

Puji Astuti Official Writer
6626

Angka 1.000.000.000 memiliki banyak arti karena terdiri dari banyak angka nol. Terkadang dalam hidup ini kita harus memulai banyak hal dari nol agar hidup kita menjadi berarti. Namun yang terpenting kita harus memulainya dari langkah pertama yang dapat kita ibaratkan dengan angka 1. Tanpa angka 1, sembilan angka nol tidak ada artinya.
-       Paulus Winarto

Menjadi berarti lewat sebuah proses panjang! Barangkali itulah kata-kata yang paling tepat untuk melukiskan kesan saya terhadap seorang sahabat yang kini telah menjadi entrepreneur dalam bidang distribusi bahan bangunan di Pekanbaru. Sebelas tahun tak bersua membuat Hardy tampak sangat berbeda dibandingkan masa lalu.

Kala itu, saya mengenalnya sebagai mahasiswa tingkat akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Hardy semula membaca buku saya lalu mengontak saya via e-mail. Kesamaan almamater membuat kami lebih intens berinteraksi. Saat itu, saya pun baru merintis karir sebagai penulis dan pembicara.

Kami sering bertemu untuk berdiskusi tentang berbagai hal, terutama tentang motivasi hidup dan pengembangan diri. Kebetulan Hardy sejak mahasiswa suka sekali membaca buku-buku seperti itu. Ia juga suka membuat ringkasan, termasuk hal-hal penting yang kami diskusikan.

Meski berstatus anak kost, ia tak segan untuk menginvestasikan dana dan waktu untuk mengikuti berbagai seminar motivasi. Saya bahkan pernah bertemu dengannya di salah satu seminar motivasi di Jakarta. Kesan saya saat itu: ini memang mahasiswa langka!

Awal mula, semangat belajar ini sempat mendapatkan sedikit hambatan dari orang tua dengan alasan pemborosan. Seiring perjalanan waktu, Hardy berhasil membangun pengertian bahwa semuanya itu sebagai bagian investasi bagi masa depannya dan ia memang telah membuktikannya. Dukungan penuh pun didapatkan dan itu semakin membuatnya bergairah untuk terus belajar dan bertumbuh.

Selepas kuliah, Hardy merintis karir sebagai salesman di perusahaan distribusi bahan bangunan milik  pamannya di Kota Padang. Perjuangan hidup yang sesungguhnya dimulai. Berbekal sepeda motor, ia pun menawarkan produknya ke toko-toko. “Kadang satu kaleng cat hanya dapat komisi seribu rupiah. Semua saya jalani dengan penuh semangat dan tanggung jawab,” kenangnya.

Melihat kesungguhannya, Hardy mulai diberikan tanggung jawab yang lebih besar. Dukungan dari keluarga pun mulai datang dan akhirnya ia bisa merintis bisnis sendiri. “Semuanya memang butuh proses. Dari kecil dulu. Start small! Bahkan ada supplier yang dulu hanya berani memberikan saya utang dalam angka jutaan, kini bisa dalam angka ratusan juta,” ujar Hardy dengan nada bangga.

Proses! Itu kata kunci yang terpenting dari kisah perjuangan Hardy yang kini meraup omset ratusan juta per bulan. Tidak hanya prestasi besar yang bermula dari akumulasi prestasi kecil, kepercayaan pihak lain pun dimulai dari hal-hal yang kecil. Terbukti sudah nasihat klasik: barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.

Yang menarik, ia tetap hidup sederhana, menjaga hubungan persahabatan dan tidak lupa untuk berbagi dengan sesama. Saya sempat berkunjung ke lokasi usahanya. Di depannya ada warung tenda yang berjualan hingga larut malam. Suplai listrik warung ini diberikan cuma-cuma oleh Hardy. “Bantu orang kecil. Ngga usah pake hitungan-lah,” begitu alasannya.

Meski sibuk berbisnis, Hardy tidak pernah lupa sama keluarga. Baginya memelihara keharmonisan rumah tangga sangatlah penting. “Kalau keluarga berantakan, mana bisa kita kerja dengan tenang? Pikiran pasti terganggu!” kata ayah dua putri ini.

Menghargai Proses

Seorang anak muda tampak begitu antusias ketika berbicara dengan seorang motivator terkenal. “Saya ingin sekali seperti Bapak,” katanya. Dengan nada tenang, sang motivator menjawab, “Salut dengan semangatmu anak muda. Namun yang kamu inginkan adalah apa yang saya raih sekarang. Semoga saja kamu juga mau menempuh proses yang saya tempuh. Di dalamnya ada perjuangan yang penuh tetesan keringat dan air mata. Ada begitu banyak kegagalan dan masa-masa sulit yang nyaris membuat saya putus asa.”

Sang motivator pun menguraikan berbagai kesulitan-kesulitan hidup yang dialaminya sejak usia muda dan anak muda ini hanya bisa geleng-geleng kepala. Tampaknya ia sedang berpikir ulang mengenai apakah dirinya bersedia menempuh proses serupa.

Saya teringat pengalaman ketika saya mengajar sekelompok mahasiswa. Di depan kelas, saya bertanya, “Kalau kalian punya uang Rp 50.000, apa yang mau kalian lakukan, makan di restoran cepat saji, nonton bioskop atau beli buku pengembangan diri kemudian membacanya?” Sungguh memprihatinkan jawaban yang saya peroleh. Sebagian besar memilih untuk makan di restoran cepat saji atau nonton bioskop. Pilihan itu tentu akan membuahkan hasil yang berbeda dibandingkan jika mereka memilih untuk berinvestasi dalam pengembangan diri.

Kita sering heran dengan hasil tuaian yang kita peroleh namun berapa banyak dari kita yang berani mengajukan pertanyaan reflektif berikut ini:
    Benih seperti apa yang dulu kita tanam?
    Apakah proses menanamnya dilakukan dengan benar?
    Sudahkah kita rajin merawat benih yang sedang bertumbuh itu?
    Apa saja yang sudah kita lakukan dalam rangka mengatasi gangguan yang ada dalam proses tumbuh kembang benih, misalnya mengatasi hama dan ilalang yang ada?

Benih ibarat mimpi masa depan yang kita miliki. Proses menanam dimulai dengan perjuangan penuh ketekunan. Merawat benih diwujudkan dengan menjaga sikap mental positif selama proses itu. Kegagalan tidak dipandang sebagai akhir segalanya namun bagian yang wajar dari sebuah proses. Dalam proses itu ada berbagai gangguan berupa tantangan atau kritik hingga kompetisi yang selayaknya dijadikan pemicu untuk terus bergerak maju.

Ya, semua memang butuh proses. Sayangnya, kecenderungan berpikir instant membuat orang sering lupa kalau saat menabur dan saat menuai sangatlah berbeda. Di antara keduanya harus ada sebuah proses. Pertanyaannya, proses seperti apa yang sedang kita jalani saat ini?

Writer : Paulus Winarto, Best Selling Author, Motivational Teacher, Leadership Trainer & Coach (John Maxwell Team).

Halaman :
1

Ikuti Kami