 
				
								
							 
									 
					Waktu kita menghukum, menghukum dalam rangka mendidik, atau mendisiplin  anak, kita harus menggunakan kata-kata positif.  Jika menghukumnya  dengan menggunakan kata-kata atau marah kepada anak, maka harus tetap  dalam kerangka berfikir dan berkata positif.  Tegorlah kesalahannya  tetapi jangan serang pribadinya. 
 
Jika menegor anak yang bangun  kesiangan, misalnya, katakan; “ Ayo bangun sudah siang” katakan dengan  nada tinggi atau berteriak tidak apa-apa, sesuai kebutuhannya, tetapi  jangan katakan; “ Ayo bangun, dasar pemalas”  Perkataan semacam ini  sudah menyerang pribadi si anak dan kita memberi label si anak dengan  sebutan ‘pemalas’.  
 
Kalau anak nakal, malas, kurang ajar, maka  katakan; “Anak papa, tidak boleh nakal!” , “Anak mama tidak boleh  malas!” “Anak Tuhan tidak boleh kurang ajar!” atau “Anak diurapi tidak  boleh bohong!”  “Anak Tuhan tidak boleh begitu, Tuhan sayang, tetapi  Tuhan sedih kalau kamu begitu”, jadi label si anak tetap anak papa, anak  mama, anak Tuhan, anak baik.  Ini penting untuk membangun citra diri  yang benar dalam hidup anak, dan citra diri ini sangat penting.
Jangan katakan; “Anak nakal!” “Anak Goblok tak tahu peraturan!” “Anak bandel, dasar anak kurang ajar, anak monyet!” atau sumpah serapah lainnya, ini bukan mendidik, tetapi mengutuk dan anak akan kepahitan dan benci kepada si-pendidik.
Maksud kita marah adalah menghukum supaya anak kembali ke jalan yang benar, supaya anak menyadari kesalahannya, tetapi kalau cara kita menghukum salah, maka kita tidak akan mencapai tujuan kita.
>>>>
by. Ir. Jarot Wijanarko