 
				
								
							 
									 
					
Pengajaran setelah menguhukum
Jangan menghukum dan setelah itu tidak berbicara apa-apa terhadap anak  yang kita didik.  Berbicaralah bahwa ”Kamu dididik karena kesalahan ini.   Jika tidak salah juga tidak dididik.  Saya mendidik karena mengasihi  kamu”. 
 
Jika ada pergumulan ‘hati bapa’ seperti catatan  sebelumnya, ada rasa menyesal, kita bisa lanjutkan dengan mendatangi  anak yang kita ‘didik’ yang kita disiplin dan berkata; “ Maaf ya tadi  papa menghajar kamu cukup keras, tetapi itu papa lakukan karena papa  mengasihi kamu, supaya kamu tahu bahwa itu tidak baik, supaya kamu  menjadi anak yang baik, supaya kamu …dan seterusnya.” dan hal-hal lain  yang saudara bisa katakan untuk menyampaikan pengajaran, aturan dan  norma ataupun pandangan hidup. 
 
Lakukan hal itu setelah si-anak  juga sudah reda secara emosi, demikian juga dengan kita.  Kita bisa  menyampaikan ‘pengajaran’ ini dalam suasana ‘pendekatan’.  Kita bisa  juga melakukannya di hari yang lain, dengan makan bersama, bermain atau  ke plaza dan kita membicarakan, mendiskusikan masalah yang kemarin dan  diselesaikan dengan baik.
 
Jika masalah itu melibatkan kakak dan  adik, pertengkaran dua pihak, maka diselesaikan dengan saling minta maaf  dan menjabat tangan.  Dalam beberapa kasus, saya minta anak saya  berjanji, mengucapkan janji bahwa tidak akan mengulang lagi.  Kenyataan  nanti akan menunjukkan bahwa dia akan mengulang lagi, dan tetap teruskan  prinsip ini, tanpa mengungkit-ungkit kesalahan yang lalu.  Selesaikan  satu masalah dan selesai.
 
 
Jika setelah menghukum anak
ada perasaan menyesal..
itu pertanda saudara orang tua yang baik
Jika ada perasaan puas... itu yang salah! 
>>>>
by. Ir. Jarot Wijanarko