“Memang seperti inilah saya dibesarkan dalam keluarga.”
“Saya tidak bisa tahan.”
“Saya ‘kan tidak menyakiti siapapun.”
Apa persamaan dari ketiga pernyataan di atas? Ya, ketiganya adalah alasan! Ketiganya adalah KEBOHONGAN yang kita yakini untuk mempertahankan perilaku kita yang tidak benar. Ketiganya adalah KEBOHONGAN yang kita ungkapkan kepada orang lain karena kita tidak mengubah hidup kita.
Kecanduan terhadap sesuatu dan perilaku emosional berbahaya lainnya datang satu paket dengan kebohongan demi kebohongan. Kita bahkan bisa memutarbalikkan Firman Tuhan untuk meyakinkan kebohongan yang telah mengacaukan hidup kita tersebut. Sebagai contoh, kakek saya adalah peminum; ibu saya pecandu narkoba, dan saya adalah keturunan ketiga dari pecandu alkohol dan ganja. Ketika saya menyerahkan seluruh hidup saya kepada ketuhanan Yesus Kristus pada tahun 1997 dan mulai berjuang bersama Kristus mengatasi kecanduan, saya sempat bergumul dengan ayat berikut:
Aku tetap mengasihi beribu-ribu keturunan dan mengampuni kesalahan dan dosa; tetapi orang bersalah sekali-kali tidak Kubebaskan dari hukumannya, dan Kuhukum pula anak-anak dan cucu-cucu sampai keturunan yang ketiga dan keempat karena dosa orang tua mereka". (Keluaran 34:7, BIS)
Sejujurnya, pada saat itu, saya pikir ayat itu berarti saya tidak bisa dibebaskan. Saya tidak tahu apakah nenek buyut atau kakek dari kakek buyut saya pernah kecanduan; tapi menurut saya, saya benar-benar merupakan generasi yang terkutuk, dan Allah bahkan menyatakan kalau saya ditakdirkan untuk terikat dengan kecanduan seumur hidup.
Sebenarnya itu adalah DUSTA! Namun pemahaman saya yang keliru akan Firman Tuhan membuat saya yakin saya berada dalam generasi yang menjijikkan. Saya mulai mengambil langkah untuk hidup yang lebih bersih, namun ketika saya sudah lelah mencoba, saya akan menuju ke tempat persembunyian saya dan menghirup ganja untuk menenangkan diri. Secara turun temurun keluarga saya telah mengajarkan bagaimana cara untuk bertahan hidup, yakni pergi dari kenyataan yang menyakitkan. Ketika luka emosi datang, saya ingin mematikannya. Dan kerohanian yang belum dewasa membuat saya percaya bahwa Tuhan bahkan tidak akan membersihkan saya dari lingkaran aib ini.
Dari diskusi-diskusi yang saya pernah ikuti, rupanya ada banyak orang yang membayangkan tidak bisa hidup tanpa kecanduan atau perilaku menjijikkan lainnya. Kita percaya bahwa memang beginilah diri kita yang sebenarnya. Kita melihat ada keluarga-keluarga ‘normal’ di luar sana dan kita tidak mengerti bagaimana caranya memulai gaya hidup yang tidak menyimpang. Kita menerima saja semua hal memalukan yang telah diwariskan turun temurun dalam keluarga kita dan menganggapnya sebagai faktor genetik.
Padahal kita seharusnya bangkit dan menjadi siapa diri kita di dalam Kristus! Kita seharusnya memahami bahwa Dia adalah bagian dari silsilah keluarga kita. Kita telah menerima warisan berupa kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Jika kita telah berserah sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus dan menerima kematian-Nya di kayu salib sebagai penebusan dosa-dosa kita serta kebangkitan-Nya sebagai bukti bahwa Dia menaklukkan kematian dan dosa bagi kita, maka kita akan berjalan di kehidupan yang baru.
Tuhan tidak akan pernah membiarkan dan meninggalkan kita! Dan sekarang saya tahu darimana pemutarbalikkan ayat itu berasal—yakni dari musuh kita, Iblis. Dia sudah bermain-main dengan pikiran kita dengan kalimat “Apa sih yang sebenarnya Tuhan katakan?” semenjak zaman Adam dan Hawa.
Sekarang ketika saya membaca ayat yang sama, saya mengerti bahwa itu tidak berbicara tentang aib yang ditakdirkan. “Aku tetap mengasihi beribu-ribu keturunan dan mengampuni kesalahan dan dosa.” Ini adalah kata-kata kasih, pengampunan, dan anugerah. Ketika Dia berbicara tentang beribu-ribu keturunan, itu termasuk saya, nenek moyang saya, dan keturunan saya. Keluarga saya, dan semua anak-anak Allah yang hidup, adalah generasi yang diberkati.
Dulu saya pikir kata-kata “orang bersalah sekali-kali tidak Kubebaskan dari hukumannya, dan Kuhukum pula anak-anak dan cucu-cucu sampai keturunan yang ketiga dan keempat karena dosa orang tua mereka” berarti saya akan terjebak dalam kecanduan selamanya. Itu bohong! Memang saya dan keluarga saya kecanduan, tapi bukan berarti tidak ada harapan untuk bebas!
Dengan kuasa Allah yang giat bekerja di dalam diri kita, Allah dapat melakukan jauh lebih banyak daripada apa yang dapat kita minta atau pikirkan. Hendaknya Allah dimuliakan turun-temurun di dalam jemaat, melalui Kristus Yesus. Terpujilah Allah selama-lamanya! Amin. (Efesus 3:20-21, BIS)
Melalui kuasa Tuhan kita, Yesus Kristus, mari kita bersama-sama menyatakan: “Kebiasaan lama berhenti sampai di sini!”
Oleh:
Beth Livingston, Certified Recovery Specialist for CBN.com
Sumber : Beth Livingston/yk