Anak P D
Sumber: google

Parenting Superbook / 9 April 2014

Kalangan Sendiri

Anak P D

Zakarias Feoh Official Writer
1797

Percaya diri (PD) sebaliknya tidak percaya diri, seringkali kita dengar maupun seringkali kita ungkapkan kepada diri sendiri maupun orang lain.  Hal ini tentu berkaitan dengan banyak hal,  baik itu tugas dan tanggungjawab yang diberikan maupun tampil pada acara-acara tertentu.   

Sikap percaya diri tentu tidak  tumbuh dan muncul begitu saja,  tetapi telah melalui suatu proses.  Proses ini tentunya berkaitan langsung  dengan perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya.  Perlakuan orang tua pada masa sebelum anak  menjadi murid di sekolah tertentu.  Dengan kata lain apa yang kita berikan kepada anak-anak di usia-usia di bawah misalnya 5, 6 tahun akan sangat mempengaruhi kepercayaan dirinya sewaktu dia nanti memasuki sekolah. Perlakuan orang tua yang penuh kehangatan itu adalah suatu modal yang akan memberikan si anak kekuatan melangkah keluar dari lingkup rumahnya memasuki tempat yang asing baginya.

Semakin seorang anak kuat berakar karena dia tahu dicintai dan diterima apa adanya di rumahnya sendiri, dia seolah-olah akan mendapatkan lebih banyak energi untuk melangkah keluar menghadapi tantangan dan tuntutan dari luar. Kebalikannya, anak yang mengalami banyak ketegangan dan perlakuan orang tua lebih bersifat kritis, memarahinya atau hidup di mana orang tua mempunyai hubungan nikah yang tidak baik, anak justru tidak mempunyai kekuatan, dia justru merasa lemah, akhirnya waktu dia harus melangkah keluar dia bukannya berani tapi justru merasa takut.

Beberapa cara menanamkan rasa percaya diri pada anak:

Pertama, Orang tua perlu mengenal jelas kemampuan anaknya, dengan melihat apakah anak kita berada di lingkup akademik yang dalam jangkauannya. Jangan sampai anak kita berada di lingkup akademik yang menuntutnya di luar batas kemampuannya, karena akan menyebabkan anak bukannya terpacu malah akan lebih terbenam. Jadi kepercayaan diri bertumbuh dalam suasana aman, bukan kebalikannya suasana yang mencekam, yang mengancam, yang menakutkan justru akan menurunkan kepercayaan diri anak.

Kedua, Orang tua harus memeriksa tuntutannya sendiri. Kadang kala tanpa disadari orang tua telah mengkomunikasikan tuntutan yang sangat tinggi kepada anak-anaknya.

Ketiga, Orang tua hendaknya tidak menjadikan rumah sebagai sekolah dan jangan sampai kita ini menjadi ibu guru atau kelanjutan dari ibu guru atau bapak guru di sekolah. Jadi saran saya adalah setelah anak mengerjakan tugasnya dan kita tahu dia sudah mencoba, sudah jangan lagi terlalu dipaksa, bermainlah dengan anak, bercandalah dengan anak, ciptakan suasana rumah yang lebih santai sehingga anak merasakan perbedaan yang besar antara sekolah dan rumah.

Kepercayaan diri anak di bagi dalam 3 sumber:

a.      Prestasi akademiknya.

b.      Penampilan fisiknya.

c.      Kemampuan bergaulnya, diterima atau tidak

Alkitab menjelaskan kepada kita didalam Mazmur 49:17,18, "Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambahm sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia."  Tuhan memberikan pesan di sini yaitu milikilah perspektif hidup yang tepat, bahwa kemuliaan seseorang tidaklah bergantung pada kekayaannya, dengan kata lain hati-hati sebagai orang tua agar kita tidak menempatkan harta atau hal yang bersifat sangat fisik pada porsi yang terlalu besar, karena itu justru akan menimbulkan tekanan yang berlebihan pada anak dan akan justru membunuh kepercayaan dirinya bukan menumbuhkannya. Justru yang penting bagi kepercayaan diri anak adalah perlakuan orangtua yang penuh kasih dan penuh penerimaan.

Pertanyaan sudahkan kita memperlakukan anak dengan tepat ? 

 

 

Sumber : sabda org, berbagai sunber
Halaman :
1

Ikuti Kami