Tanggungjawab Anak pada Orangtua
Zakarias Feoh Official Writer
Sampai sejauh manakah tanggungjawab seorang anak terhadapa orang tuanya? Tentu kita mendapat jawaban yang fariatif. Dan semua jawaban tentu sangat tepat, oleh karena Sejak kecil, anak-anak harus diajar untuk bertanggungjawab kepada orang tuannya. Tentu tanggungjawab yg dimaksud adalah anak-anak diajar sejak dini untuk menghormati orang tua mereka. Hal ini ditegaskan oleh Tuhan sendiri melalui Alkitab. Hukum taurat mengajarkan;
"Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu" (Keluaran 20:12). Sebenarnya apakah makna "hormat" di sini?
- Hormat berarti bersikap santun dan patuh terhadap orangtua. Di dalam hukum Taurat tertera perintah yang mengharuskan orang Israel untuk menjatuhkan sanksi berat-kematian-kepada anak yang mengutuki orangtuanya, "Apabila ada seseorang yang mengutuki ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau ibunya, maka darahnya tertimpa kepadanya sendiri" (Imamat 20:9).
- Hormat berarti bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orangtua. Tuhan Yesus menegur orang Yahudi yang menyelewengkan perintah Tuhan akan persembahan atas dasar ketidakrelaan memenuhi kebutuhan orangtua (Matius 15:3-6). Juga, sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib, Ia meminta Yohanes untuk memelihara Maria, ibu-Nya (Yohanes 19:26-27). Semua ini memperlihatkan bahwa Tuhan menginginkan kita untuk bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orangtua kita.
Namun anak juga harus memahami batas hormat kepada orangtua sebab perintah ini diberikan bukan tanpa batas.
- Kendati anak harus patuh kepada orangtua namun kepatuhan kita tidak boleh melebihi kepatuhan kepada Tuhan sendiri. Firman Tuhan mengingatkan, "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku . . ." (Matius 10:37).
- Walaupun keluarga jasmaniah adalah penting namun bagi Tuhan terpenting adalah keluarga rohaniah. Pada waktu Tuhan tengah mengajar, ibu dan saudara Tuhan Yesus datang mengunjungi-Nya. Tuhan menegaskan, "Siapakah ibu-Ku dan siapakah saudara-saudara-Ku? . . . Sebab siapa pun yang melakukan kehendak bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku . . . dialah ibu-Ku" (Matius 12:46-50).
- Tanggung jawab kepada orangtua lebih bersifat fisik ketimbang emosional. Anak berkewajiban memelihara kelangsungan hidup orangtua di masa orangtua tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya. Namun anak tidak berkewajiban membuat orangtua senang secara membabi buta; menyenangkan orangtua mempunyai batasnya. Firman Tuhan mencatat, "Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya berkata kepada-Nya, 'Tuhan, izinkanlah aku pergi terlebih dahulu menguburkan ayahku.' Tetapi Yesus berkata kepadanya, 'Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka' " (Matius 8:21-22).
- Setelah anak menikah, anak harus mengutamakan keluarga sendiri tanpa harus melepaskan tanggung jawabnya sebagai anak kepada orangtua. Itu sebabnya Tuhan berfirman, "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kejadian 2:24). Harus ada sebuah tindak pemisahan dan prioritas sehingga keluarga yang baru dapat berdiri dengan mandiri.
Butuh kedewasaan orang tua untuk memahami perintah dan prinsip Alkitab, sehingga tidak memaksakan anak untuk mengikuti kehendak dan keinginan hati orang tuanya. Banyak orang tua justru membebani anak-anaknya dengan tuntutan dan banyak permintaan, yang berhubungan atau berkaitan dengan financial. Akibatnya banyak rumahtangga anak-anak berantakkan akibat campur tangan orang tua. Biarkanlah anak-anak bertumbuh dewasa didalam tumahtangga mereka masing-masing berdasarkan perintah Alkitab. Orang tua boleh menolong ketika anak-anak memintanya. Sebaliknya juga orang tua tidak boleh meminta atau menuntut anak-anaknya untuk memenuhi keinginan atau kehendak orang tua diluar kemampuan anak-anaknya.
Sumber : sabda org, berbagai sunber
Halaman :
1