Persaingan sesungguhnya merupakan usaha atau upaya dari setiap orang untuk bertahan maupun berhasil. Secara alami manusia memiliki naluri untuk bertahan dan berjuang untuk menjadi pemenang dengan yang lain. Hal ini tidak hanya nampak dalam organisasi atau kumpulan yang besar dan luas tetapi dimulai dari kelompok yang paling kecil yaitu, keluarga. Setuju atau tidak persaingan antara anak-anak selalu ada, pertanyaannya apakah persaingan tersebut perlu dihindarkan atau tidak ?
Tentunya ada sisi positif dan sisi negatif dari persaingan tersebut dan sebagai orang tua harus memahami bagaimana baiknya mengatasi hal ini. Secara positif persaingan bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan. Melalui persaingan anak dipacu untuk berprestasi dan mengasilkan sesuatu yang lebih baik. Sebab pada waktu anak bersaing maka ada kesempatan mengembangkan ketahanan dan juga potensinya. Anak yang tidak memiliki daya juang untuk bersaing cendrung mengambil jalan pintas yang mudah dan menyerah serta puas dengan apa yang dimilikinya, meskipun dia memiliki potensi untuk lebih dari hal tersebut.
Walupun persaingan antara anak-anak menjadi motifasi yang baik, namun orang tua mesti mengawasinya sehingga pertumbuhan karakter dan jiwa anak tidak menjadi rusak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah
Pertama, Jangan memotifasi anak dengan cara membandingkannya dengan kakak atau adiknya. Hal ini bisa mengadu domba antara anak, akhirnya anak-anak akan sulit dekat satu sama yang lain. Anak-anak cendrung melihat saudarannya sebagai pesaing atau musuh bukan keluarga atau saudara.
Kedua,Tindakan membandingkan anak, memberi kesan bahwa orang tua hanya mengasihi dan mencintainya jika dia berprestasi diatas kakak atau adiknya. Biarkan mereka bertumbuh dalam persaingan yang alami, orang tua hanya mengawasi dan memberi arahan-arahan yang positif.
Ketiga, Orang tua harus mengajar anak untuk bersyukur, dan menyadari atas segala keterbatasannya. Menyadarkan anak-anak bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Hal ini akan membantu anak untuk tidak kehilangan keseimbangan.
Keempat, Kasih harus terus dikomunikasikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Agar anak-anak sadar bahwa meskipun mereka gagal atau tidak berprestasi tetapi orang tua tetap mencintai dan mengasihi mereka. Relasi ini juga akan bermanfaat bagi anak-anak untuk saling mengasihi satu sama lain, sehingga mereka melihat persaingan sebagai sarana untuk memacu diri bukan tujuan.
Kelima, Anak-anak juga harus dikontrol agar tidak membangun dirinya atas kemenangan dan keberhasilan belaka. Sebab ini merupakan benih keangkuhan, dan hanya merasa bahwa hidup ini bernilai dan berharga jikalau dia mampu mengalahkan orang lain.
Keenam, Perhatikan bagaimana cara memperlakukan anak-anak. Harus bertindak seadil-adilnya, jangan memberi perhatian yang lebih kepada yang lain dengan alasan apapun. Ingatlah kisah Yusuf, dia dijual oleh saudara-saudaranya karena ayahnya Yakub mengistemewakan Yusuf yang menimbulkan ketidaksukaan dan kebencian.
Alkitab menyatakan, lebih baik berpenghasilan sedikit disertai kebenaran daripada penghasilan yang banyak tanpa keadilan(lai). Lebih baik berpenghasilan sedikit dengan kejujuran, daripada berpenghasilan banyak dengan ketidakadilan.(bis) Amsal, 16:8) Anak yang sejak kecil, terikat dengan persaingan berpotensi untuk menghalalakan segala cara untuk memperoleh keberhasilan dan kemenangan. Jika tidak berhasil dalam persaingan maka dia akan kehilangan arah hidup sebab semua yang dilakukannya bukan keluar dari dirinya sendiri melainkan dari luar dirinya. Dia berjuang bukan untuk tujuan tetapi untuk kepuasaan dan hanya untuk menang.
Apa peran anda sebagai orang tua dalam persaingan antara anak, atau andalah yang menciptakan persaingan antara anak-anak anda ?
Sumber : berbagai sumber zf