Anak-anak juga menjadi anggota Gereja Kristus berdasarkan baptisan mereka. Anak-anak jemaat bukanlah orang luaran, melainkan mereka sungguh-sungguh terhisab dalam umat Tuhan. Tak boleh kita mengatakan bahwa anak-anak muda itu belum mempunyai iman sejati. Oleh sebab itu, gereja bertugas mendidik mereka sampai sekali kelak mereka mencapai iman yang dewasa.
Anak-anak jemaat itu tumbuh di bawah naungan gereja. Mereka bukan saja tanggungan keluarganya tetapi tanggungan gereja juga. Gerejalah yang menjadi utusan Tuhan yang wajib bertanggung jawab atas iman dan rohani anak-anak muda sampai seklai kelak dapat menerima danmemikul tanggung jawab itu di atas pundaknya sendiri. Tanggung jawab itu adalah pendidikan/pengajaran terhadap anak-anak Sekolah Minggu. Merasa anak tidak memiliki peranan dalam gereja adalah salah satu kegagalan gereja itu sendiri. Gereja (di luar anak) harus benar-benar memberikan perhatian penuh terhadap kelangsungan hidup anak-anak.
Sekarang ini sering ditemukan dimana para pengajar anak-anak Sekolah Minggu tidak menyentuh anak dengan baik. Dalam kebaktian misalnya, guru memegang kayu, penggaris, dll. Ini merupakan suatu tindakan guru yang salah yang berusaha menakut- nakuti anak. Ketakutan anak terhadap tindakan gurunya, secara otomatis membuat anak menjadi malas datang ke gereja. Dengan demikian, guru anak Sekolah Minggu harus menjadi teladan, kreatif , komunikatif supaya anak merasa dirinya diterima.
Menurut Drescher, hal-hal yang dapat dilakukan supaya anak tahu bahwa mereka diterima, antara lain:
a. Akui bahwa setiap anak adalah unik
b. Bantulah anak untuk mendapatkan kepuasan dalam apa yang berhasil dikerjakannya.
c. Biarkan anak tahu bahwa anda mencintainya, menginginkannya, dan senang berada bersamanya.
d. Terimalah teman-teman anak tersebut.
e. Pertahankan hubungan yang jujur dan sungguh-sungguh dengan anak-anak.
f. Dengarkan apa yang dikatakan anak.
g. Perlakukan anak sebagai orang yang berharga.
h. Berikanlah kesempatan kepada anak untuk bertumbuh dan berkembang denga keunikannya.
Anak-anak sebenarnya belum memiliki nilai. Oleh karena itu, siapa yang pertama sekali memberi nilai tersebut? Yang pertama sekali yang mempunyai tugas memberi nilai kepada anak-anak adalah gereja sendiri. Dengan demikian, pelayanan kepada anak-anak ini tidak boleh diabaikan. Dalam hal ini, gereja harus menciptakan suasana keteladanan melalui imitasi (keteladanan dalam meniru), identifikasi (keteladanan dalam hal memilih), internalisasi (menjadikan yang ditiru tersebut menjadi bagian dari dirinya sendiri). Sesuai dengan perkembangan anak, mereka juga membutuhkan suatu motivasi untuk lebih mengenal dan memahami dirinya sendiri. Motivasi tersebut timbul dari dua arah, yaitu ekstrinsik (dari luar diri anak) dan intrinsik (dari dalam diri anak).
James Pauler menyatakan bahwa seorang ayah mempengaruhi iman anaknya. Jika ayahnya baik, penyayang, maka anak akan tahu bahwa Tuhan itu baik dan sebaliknya. Oleh karena itu, perlu menghindari indroktinasi terhadap anak-anak. Sebab anak-anak tidak boleh dipaksakan untuk mendengarkan Firman Tuhan. Kita/gereja harus mampu membuat metode sehingga anak-anak tersebut terdorong untuk mendengarkan. Metode yang dipakai harus sesuai dengan konteks kehidupan anak-anak sehingga anak-anak tersebut akan mudah menyerap apa yang disampaikan oleh pengajarnya. Itu sebabnya dikatakan sebagai tanda kerajaan Allah. Gereja melalui pelayan harus mamfasilitasi pengajaran anak Sekolah Minggu secara utuh.
Sumber : google