Kapan Anak menonton TV
Sumber: www.buzzle.com

Parenting Superbook / 16 March 2014

Kalangan Sendiri

Kapan Anak menonton TV

Zakarias Feoh Official Writer
3414

Kapan  anak diperbolehkan menonton Tv ? dan sampai berapa lama anak boleh menikmati tontonan kesukaannya itu ?   Zaman sekarang beda dengan zaman dulu.  Tuntutan perkembangan zaman telah membentuk  budaya dan karakter kita untuk  berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu, zaman sekarang orang berlomba agar tidak lagi ketinggalam zaman.  Orang tidak lagi melihat apakah cara  perubahan itu sesuai dengan  etika ataupun terang Firman  Allah.   Orang tidak lagi melihat perubahan itu sesuai dengan kebutuhannya atau tidak ? tetapi lebih cendrung sesuai gaya dan zamannya atau tidak ? Kehadiran tehknologi, khusunya Televisi merupakan  hal yg menarik, hampir setiap rumah tangga memiliki Televisi.  Bahkan televisi sekarang bisa dibawa kemana-kemana, melalui handpone sehingga orang bisa menikmati acara kesukaannya dimanapun.   

Hal ini tidak hanya mempengaruhi orang dewasa, tetapi  termasuk dengan anak-anak.   Anak-anak sejak dini telah dimanjakan dengan televisi, sehingga mereka sangat menyatu dengan acara-acara kesukaannya.   Para programerpun tahu,  sehingga setiap acara yg disuguhkan dapat memikat anak-anak untuk  menikmati acaranya berjam-jam.  Sadar atau tidak  kehidupan sosial masyarakat  tidak sama, dulu  masyarakat hidup dalam suasana kekerabatan.   Tidak jarang ada sanak keluarga yang tinggal didalam rumah yg sama, sehingga mereka bisa saling membagi dan mengisi kekurangan ketika orang tua mereka pergi.   Sementara masyarakat sekarang  hidup lebih individualistis.  Tidak  saling mengenal,  tidak jarang tetangga kiri, kanan, depan, belakang tetap tidak saling mengenal.  Bahkan hubungan dengan saudarapun tetaplah jauh, ditambah dengan kesibukan masing-masing didalam usaha dan pekerjaannya. 

Sekarang pengaruh media sangat kuat dan memikat hati anak-anak, sehingga tidak jarang ketika diajak pergi oleh orang tua, kadang-kadang menolak dengan alasan nanti acara kesukaannya terlewatkan.  Ini sangat berbahaya,  oleh karena selain anak-anak belum bisa membedakan atau mengambil pilihan mana yg boleh ditonton  dan mana yg tidak boleh ditonton, sementara itu,  orang tua tidak cukup waktu untuk mendampingi anak-anaknya. Untuk melarang ataupun menjelaskan kepada anak-anaknya tentang tujuan dan manfaat dari acara tersebut.   

Oleh sebab itu, orang tua harus menentukan waktunya kapan anak  menonton Tv, dan sampai berapa lama ?   anak diusia 7-11 tahun minimal bisa menonton televisi selama 21 jam selama satu minggu. Itu berarti 3 jam dalam sehari.
"Sedangkan bagi anak-anak sampai usia 12 tahun, disarankan maksimal hanya satu jam per hari selama seminggu khusus di hari sekolah dan sedikit lebih lama di akhir pekan."

pengaturan menonton program televisi untuk anak perlu direncanakan. Beritahu pada anak-anak tentang rencana kita sebagsi orang tua dan meminta bantuan mereka membatasi menyaksikan acara televisi.

Baca panduan menonton TV dengan anak  dan tuliskan program mana yang ingin mereka nonton. Bila sudah bersamasi kecil setuju dengan aturan ini, jelaskan aturan-aturan dasar baru, seperti 'hanya menonton program yang dipilih', 'televisi akan dimatikan pada waktu tertentu', atau 'tidak boleh nonton TV sebelum PR selesai'.  "Membuat aturan ini terkadang sulit bagi orangtua. Tapi, cara ini perlu dilakukan sejak dini, agar buah hati  tidak tumbuh menjadi anak yang malas. Agar lebih efektif, sebaiknya orang tua baru menonton televisi setelah si kecil tidur," kata, Prof. Matt Sanders, direktur 'Parenting and Family Support Centre di University of Queensland

Pada zaman dulu, gangguan atau tekanan dari lingkungan tidaklah sebanyak sekarang, contoh: kemudahan mendapatkan gambar-gambar porno. Zaman sekarang kalau anak kita tinggalkan di rumah sendirian, sementara suami-istri pulang malam, tidak ada di rumah sepanjang hari itu akan menimbulkan dampak yang jauh lebih serius dibandingkan kalau itu terjadi pada 20, 30 tahun yang lampau.

Sehubungan dengan situasi sekarang yang semakin sulit bagi orang tua untuk mengawasi anak-anak maka dalam hal ini interaksi orang tua dan anaklah yang memegang peranan sangat penting sekali, dan hal ini perlu dibina sejak anak-anak masih kecil. Interaksi di bawah usia 6 tahun dapat dikatakan sebagai fondasi, sebagai dasar hubungan orang tua dengan anak.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan anak yang sudah lumayan besar sementara suami-istri bekerja, apa yang dilakukan untuk memaksimalkan interaksi orang tua dengan anak? Ada yang beranggapan bahwa paling penting adalah kwalitas bukan kwantitas, jadi mutu bagaimana kita berinteraksi dengan anak jauh lebih penting daripada kwantitas atau jumlah waktu yang dihabiskan dengan anak. Namun pada prakteknya hal ini susah sekali dilakukan, karena kwalitas hanya bisa muncul dalam keberadaan kwantitas. Kita hanya bisa menjalin hubungan yang baik dengan anak kalau kita memang menghabiskan waktu dengan anak, kalau tidak kita habiskan waktu itu dengan anak, yang bermutu itu tidak muncul. Selanjutnya yang kita anggap berwalitas belum tentu berkwalitas bagi anak, belum tentu itu adalah hal yang dihargai dan dibutuhkan oleh anak kita.

Dua hal yang perlu kita perhatikan untuk mengetahui bahwa anak itu kurang perhatian. Kita bisa mulai mencermati melalui dua tipe anak yaitu:

1. Tipe anak yang cenderung agresif, yang mengganggu anak lain, yang memberontak, yang tidak sabar, yang mudah meledak.

2. Tipe anak yang terlalu menarik diri, mengurung diri, tidak sosial, tidak mau bergaul dengan teman-teman dan cenderung menyendiri.

Namun juga perlu diingat bahwa belum tentu anak yang agresif itu dibesarkan dalam keluarga yang bermasalah. Sedangkan anak yang cenderung menarik diri biasanya ada masalah yang dihadapinya dalam rumah tangganya. Karena apa, sebab pada dasarnya anak kecil adalah anak-anak yang bersifat sosial.

Amsal 11:30, "Hasil orang benar adalah pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil hati orang." Salah satu golongan atau tujuan kita sebagai orang tua Kristen adalah menjadi orang yang benar, maksudnya melakukan hal yang benar, kalau kita mendidik anak dengan benar, hasilnya adalah pohon kehidupan. Orang tua yang bijak akan mengambil hati anak-anaknya. Anak hanya akan memberikan hatinya kepada kita kalau kita dilihatnya sebagai orang tua yang benar dan yang bijak dan dapat mempercayai kita didalam segala hal. 

 

 

 

 

 

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami