Tanggungjawab orang tua tidak mudah, karena harus mempersiapkan anak-anak menjadi anak-anak yg mandiri sesuai ajaran Alkitab. Oleh karena satu saat anak-anak harus pergi meninggalkan orang tua dan hidup mandiri bersama istri atau suaminya. Ajaran dan pengalaman hidup selama bertahun-tahun bersama orang tua bagaimanapun akan tetap mempengaruhi, perjalanan hidup mereka bahkan didalam mendidik anak-anaknya kelak.
Oleh sebab itu, tanggungjawab orang tua bagi anak-anaknya tidak hanya sebatas menyediakan semua kebutuhan hidupnya termasuk sekolah. Akan tetapi ada perintah yang jauh lebih penting daripada menyediakan materi bagi anak-anaknya. Perintah tersebut adalah masalah kerohanian/spiritual. Anak-anak harus diajar untuk mengenal siapa penciptanya, dan perintah tersebut dari Tuhan ditujukan langsung kepada orang tua.
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. (Ulangan 6:6)
Ajaran ini perlu dilakukan secara berulang-ulang, bertahap, dan tidak bosan-bosan karena ini akan memudahkan anak untuk mengerti apa yg diajarkan. Tidak harus dengan teori yg berlebihan, tetapi dimulai dari hal-hal yg paling sederhana didalam sikap hidup setiap hari. Caranya adalah Orang tua menjadi model bagi anak-anaknya. Apa yg diajarkan harus juga dilakukannya, artinya orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya didalam segala hal yg diajarkan oleh Tuhan. Oleh karena anak sejak kecil sudah mengerti atau dapat meneladani teladan yang diberikan oleh orangtuanya.
Pertama, Anak diajarkan berdoa. Ini sangat baik jika diawali oleh orang tua dengan konsisten berdoa bersama anak-anak. Dimulai dari tidur, bangun tidur, makan dan berbagai-bagai aktifitas sebelumnya didahului dengan doa.
Kedua, Anak diajarkan hafal ayat. Dimulai dari ayat-ayat yg pendek dan mudah diingat. Misalnya, permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan. Firmanmu pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku. (Mazmur 119:105) disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak.
Ketiga, Anak diajar untuk menyanyi lagu-lagu rohani, hal ini sangat berguna bagi jiwa dan rohnya.
Keempat, Anak di ajarkan untuk bersaksi. Waktu anak semakin besar haruslah diajarkan tentang kesaksian hidup. Tentunya dimulai oleh orang tua, kesaksian hidup yg sederhana akan menolong anak untuk mendapat pengalaman dan kesaksian hidupnya sendiri waktu anak melakukan Firman Tuhan.
Semua ajaran dan kebiasaan tersebut haruslah rutin dilakukan, dimulai dari ibadah keluarga. Dengan bersama-sama membaca Firman Tuhan. Selain di dalam rumah, Firman Tuhan juga dapat diajarkan di luar rumah, misalnya pada saat di perjalanan sambil melihat ciptaan Tuhan orangtua mengajarkan atau menceritakan Firman Tuhan, menghubungkan Firman Tuhan dengan kehidupan nyata.
Mungkin orang tua berpikir, apakah anak-anak masih balita bisa mengerti ? Ingat Alkitab menyatakan bahwa Firman Tuhan tidak pernah kembali dengan sia-sia. Pada bagian lain Alkitab menyatakan bahwa mereka yg menabur dengan air mata akan menuai dengan sorak-sorai. Jadi prinsipnya taburlah Firman Tuhan maka pasti akan menuai.
Prinsip yang perlu kita perhatikan di dalam melakukan ibadah keluarga adalah
a. Kreatifitas, ibadah yang kreatif lebih bisa diterima oleh anak-anak.
b. Menyenangkan, ibadah keluarga bukan sebagai tempat untuk tegur-menegur atau penyampaian nasihat-nasihat, anak cenderung tidak begitu menikmatinya.
c. Singkat.
d. Kesaksian yg kreatif
e. Perhatikan kualitas ibadah agar tidak membosankan
Sumber : berbagai sumber