Menyesal pernah menikah? Saya sering mendengar pernyataan ini dari suami atau istri yang telah berumahtangga setidaknya 1 tahun. Harapan mereka bahwa pernikahan akan menghasilkan kebahagiaan ternyata harus pupus karena berbagai alasan, antara lain karena mengetahui tabiat asli (baca: keburukan) pasangannya, bosan dengan hubungan yang begitu-begitu saja, atau penampilan pasangan mulai tak menarik lagi. Pada akhirnya, banyak orang yang sudah menikah berharap untuk menjadi lajang kembali.
Tetapi pergumulan kaum lajang juga tak jauh beda. Mereka cenderung merasa kesepian atau takut dicap tidak laku sehingga sangat berhasrat untuk segera menikah. Mereka ingin memiliki teman hidup yang setia mendampingi dan menjadi rekan berbagi. Mereka ingin tiba di di hari-H dimana pesta digelar dan gaun indah dikenakan. Kaum lajang bosan sendirian terus!
Baik mereka yang sudah menikah maupun yang masih lajang sama-sama memiliki pandangan “rumput tetangga jauh lebih hijau”. Menurut Jane Hunt, konselor sekaligus CEO Hope for the Heart, kaum lajang yakin bahwa mereka lebih bahagia jika menikah, sementara yang sudah menikah yakin bahwa mereka lebih bahagia tidak menikah.
Melajang itu baik, namun tahukah Anda bahwa mereka yang menikah justru mendapatkan lebih banyak manfaat daripada yang tidak menikah? Janice Crouse, direktur eksekutif di Concerned Women for America’s Beverly LaHaye Institute bahkan mengklaim ada 50 alasan mengapa menikah itu sangat baik. “Mengatakan bahwa menjadi lajang adalah pilihan terbaik, sama dengan mengabaikan segunung data penelitian yang mengungkap bahwa pernikahan adalah yang terbaik (dibandingkan dengan tidak menikah) bagi manusia,” jelas Crouse seperti dilansir Christian Post.
Berikut ini adalah lima manfaat menikah.
#1 Lebih sehat
Dalam buku Marriage Matters: Perspectives on the Private and Public Importance Marriage, Crouse menulis, “Kaum pria mendapatkan manfaat kesehatan dalam pernikahan, jauh lebih banyak daripada yang kaum wanita dapatkan.” Sementara itu, mereka yang berstatus “menikah lagi”, “bercerai”, atau “janda/duda” memiliki lebih banyak problem seputar kesehatan jantung.
#2 Lebih makmur
Studi menunjukkan, pria yang menikah mendapat pemasukan lebih banyak daripada pria tak menikah, dan wanita yang menikah memiliki status ekonomi yang lebih baik daripada yang bercerai atau tidak menikah. Dibandingkan dengan kaum lajang, mereka yang menikah mengumpulkan pendapatan mereka berdua sehingga hidupnya lebih sejahtera.
#3 Kehidupan sosial lebih luas
Dibandingkan dengan lajang, mereka yang sudah berkeluarga cenderung memiliki kehidupan sosial yang luas. “Keluhan yang umum dilontarkan para lajang adalah begitu sedikitnya kegiatan yang dirancang untuk mereka,” kata Crouse.
Para lajang tentunya punya banyak kesempatan untuk membangun persahabatan. Namun mereka yang menikah membangun hubungan sosial dengan keluarga-keluarga lain yang memiliki anak yang usianya sama dengan anak mereka. Struktur sosial pun terbangun menjadi lebih luas karena bersifat antarkeluarga.
#4 Hidup lebih lama
Menurut studi terbaru di Universitas Chicago, orang-orang yang kesepian (bukan sendirian) memiliki resiko kematian dini 14 persen lebih tinggi. Psikolog John Cacioppo mengatakan, kesepian adalah faktor yang menyebabkan seseorang mati lebih cepat. Kesepian berperan jauh lebih besar daripada kondisi kesehatan yang buruk. “Merasa kesepian bukan hanya menimbulkan ketidaksenangan, tapi juga bahaya,” lanjutnya.
#5 Lebih bahagia
Secara psikologis, menikah membuat kita bahagia. Kita semua rindu menemukan orang yang selalu ada bagi kita dan menerima kita tanpa syarat. “Dalam hati dan DNA kita, kita menginginkan seseorang yang memahami kita; yang ingin kita miliki,” kata Crouse.
Puaskah Anda?
Bagaimana jika pernikahan justru menyebabkan “bencana” bagi Anda? Bagaimana jika semua manfaat pernikahan yang disebutkan di atas tidak Anda rasakan? Mungkin Anda belum puas dengan diri sendiri.
Rosie Freeman-Jones dari situs kencan IllicitEncounters.com pernah mengadakan survey apakah responden menyesal menikah. Meski hari pernikahan dianggap sebagai hari paling membahagiakan seumur hidup, 50 persen lebih responden (dari total 4.000 pasangan) menyatakan pernah menyesali pernikahan mereka.
Menurut Rosie, harapan manusia berubah saat ia menikah. “Orang-orang berharap sangat tinggi dari pernikahan mereka—tapi manusia tak lepas dari kekurangan, dan yang terbaik tidak selalu mungkin terjadi dalam sebuah hubungan,” jelasnya.
Alkitab mengajarkan bahwa kita sebagai orang Kristen harus memiliki kepuasan, terlepas dari apapun status hubungan kita. Para lajang tak perlu iri dengan yang sudah menikah, karena kita pun tahu bahwa topik terbanyak yang ditangani dalam konseling adalah seputar pernikahan dan rumah tangga. Artinya, menikah pun memiliki masalahnya tersendiri. Kaum lajang perlu memahaminya dan belajar untuk puas dengan keadaan.
Jane Hunt mengingatkan, baik seseorang menikah maupun lajang, ia harus memprioritaskan agar dirinya puas di dalam Tuhan. Di dalam 1 Korintus 7 dijelaskan bagaimana kaum lajang bisa belajar untuk menghargai statusnya sebagai pemberian dari Allah.
Kita seharusnya fokus untuk menjadikan diri kita orang yang tepat daripada sibuk mencari orang yang tepat.
BACA JUGA:
Koin Emas $10 Milyar Ditemukan Dalam Tanah
A True Story of Yance Tamaela, A Violent Man
Berimanlah Sampai Anda Mendapatkannya!
Gereja Anglikan Luncurkan Pedoman Pemberkatan Nikah Sesama Jenis
Wahai Istri yang Dominan, Anda Bisa Berubah!
Orang Kristen dan Ateis Ini Berteman Karib Meski Berbeda Prinsip
Sumber : Christian Post | Daily Mail | yk