Sebagai suami dan isteri kami sangat berbeda dalam banyak hal, perbedaan ini menyebabkan kami semakin jauh satu dengan yang lainnya. Masing-masing mempunyai kesibukan sendiri-sendiri dan saya sering kali berupaya menghindar untuk pulang kerumah atau pulang jauh malam. Saya merasa seperti tidak menikah dan saya ingin berpisah dan hidup sendiri. Demikianlah keluhan yang sering saya dengar. Apakah Perbedaan Kesukaan atau Hobi Merupakan Pemicu Perceraian?
Pertanyaan ini sangat menarik untuk disimak. Saya yakin diantara pembaca yang sedang membaca artikel saya hari ini pernah bertanya didalam hati masing-masing pertanyaan yang sama. Perbedaan antara isteri dan suami yang sering dipercakapkan dalam curhat sehari-hari. Suami saya sukanya keluar cari teman, semantara saya suka di rumah; suami saya suka ajak teman-temannya nonton sepak bola atau basket di TV dirumah sementara saya suka sendirian; suami saya suka berolah raga sementara saya suka membaca; suami saya suka sekali makanan Sumatra karena dia orang Sumatra sementara saya suka makanan Sunda karena saya memang orang Sunda - dan masih banyak lagi perbedaan-perbedaan lainnya. Apakah ini berarti rumah tangga ini harus diakhiri dengan pertikaian yang memicu perceraian?
Pertanyaan saya sangat mudah, apakah kesukaan atau hobi ini muncul setelah menikah atau sudah ada saat anda berkenalan dengan dia? Saya yakin, jika anda jujur dengan diri anda sendiri, yang namanya kesukaan atau hobi ini sudah ada saat anda mengenal calon suami/isteri anda. Saat pacaran semuanya "ok", semuanya menyenangkan, semuanya indah. Kenapa setelah menikah kesukaan yang memang sudah ada saat pacaran menjadi masalah? Bukankah menikah itu pilihan yang anda ambil tanpa paksaan? Bukankah anda sudah mengetahui kesukaan yang ada pada calon suami / isteri anda? Perubahan apa sebenarnya yang terjadi?
Pola berpikir merupakan kunci dalam konflik yang kemudian muncul. Cara berpikir anda mengalami perubahan seratus delapan puluh derajat terhadap kesukaan pasangan anda yang selama pacaran tidak pernah merupakan masalah. Masalahnya adalah anda mempermasalahkan atau menciptakan masalah yang tidak pernah ada sebelumnya. Kunci untuk berdamai ada pada anda. Anda hanya perlu kembali pada posisi sudut pandang semula, semuanya akan menjadi "ok".
Perbedaan-perbedaan yang ada hanya memperkaya kedua belah pihak dalam mengambil kesempatan untuk melengkapi satu dengan yang lainnya. Misalnya saat suami lagi nonton sepak bola bersama teman-temannya, anda selaku isterinya dapat mendukung kesukaannya ini dengan menyuguhkan makanan ringan sehingga suasana lebih semarak karena sang suami tahu bahwa keberadaannya sangat bisa diterima oleh sang isteri. Sebaliknya isteri yang telah selesai membaca buku yang baru dibelinya dapat berbagi cerita untuk menambah pengetahuan suaminya. Dan suami yang baik tahu mendukung kesukaan isterinya ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai bukti bahwa dia berminat dalam mendengarkan cerita dari buku yang baru di baca. Bukankah kebisaan saling melengkapi ini sudah ada saat pacaran? Mungkin saja kebiasaan saling melengkapi ini terwujud dalam bentuk lain, tapi sudah ada - silakan di teruskan agar saling dapat melengkapi.
Jika ini sungguh-sungguh dijalankan keharmonisan pernikahan sedang menunggu didepan pintu untuk diizinkan masuk. Perbedaan kesukaan yang ada seharusnya merupakan pelengkap dalam kehidupan berumah tangga bukan pemisah. Semoga bermanfaat.
Penulis:
Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California
www.rccla.org
Baca juga artikel lainnya :
Perkataan Wanita dan Telinga Pria
Perbedaan Pria Dan Wanita Memandang Seks
Ini Dampak Perceraian Orangtua Pada Anak
Fibromyalgia Sebabkan Perceraian dalam Rumah Tangga?
Sulitnya Keluar Dari Kebiasaan Buruk