Dengan kekuatannya sendiri, Djunaidi Lie sudah menjadi pengusaha selama 29 tahun dan memimpin 2000 karyawan, namun gagal. Walaupun gagal, dia tidak menyerah, dia pun mencoba bisnis baru dengan cara yang berbeda. Bisnis ini berkembang pesat dengan penghasilan milyaran rupiah. Bagaimana usaha yang dia lakukan dengan cara berbeda itu?
Djunaidi membentuk usahanya dengan modal pinjaman karena modalnya sendiri sudah habis. “konsepnya supplier menitipkan barangnya terlebih dahulu di Paloma, baru sesudah laku dibayar.” ujar CEO Paloma ini. Dimulai pada 2007 silam, Djunaidi hampir menutup usaha ini karena selalu merugi. Tiga tahun pertama seperti jerat baginya.
Dari pagi sampai siang, dia mencari supplier. Paloma yang mengusung marketing jenis MLM ini ditolak karena omzetnya terlalu kecil. Selain itu, supplier ragu apakah bisa berhasil karena belum pernah ada di dunia. Jika MLM lainnya mengusung satu produk tertentu, MLM milik Djunaidi mengusung banyak produk. Sedikit banyak hal itu mengubahnya menjadi pemarah, sampai-sampai di kantornya dipasang peredam karena suaranya yang keras. Dia pun memegang sistem diktator kepada bawahannya.
Dia pun berbenah pada 23 Agustus, ketika dia mengikuti Camp Sukses Sejati. “Kita harus serahkan semuanya kepada Tuhan, termasuk usaha, uang, aset. Salah satu juga yang diajarkan adalah karyawan harus digembalakan, bukan lagi hanya sebagai alat untuk memperoleh keuntungan. Saya mulai menyerahkan perusahaan ini kepada Tuhan, di situlah saya mulai berubah.” cerita Djunaidi. “Di situ saya berubah menjadi memotivasi, mengajar, menginspirasi, membayar karyawan sebaik mungkin, kasih fasilitas terbaik, membayar pajak dengan baik.” lanjutnya.
Semuanya itu bisa dia lakukan karena dengan cara yang berbeda, yaitu dengan kekuatan Tuhan. Dia juga belajar dari komunitas KBC, komunitas para pebisnis yang berlandaskan takut Tuhan.
“Saya bukan lagi sebagai pemimpin tapi gembala. Mereka di sini bukan hanya bekerja tapi hidup bersama-sama. Tiap minggu saya berkumpul dengan tiap divisi, untuk membahas kehidupan mereka, bukan kerjaan. Karena saya percaya kalau hidup mereka happy dan healthy, maka produktivitasnya happy dan healthy juga. Dan itu berarti healthy dan happy profit juga.”
Jadi apa yang dilakukan Djunaidi. Dia mewartakan kabar gembira yaitu kasih. Dia menanyakan bagaimana kehidupan mereka, hubungan dengan keluarga, kesehatan karyawan, hubungan dengan anak; pacar; istri.
Dulu Djunaidi berpikir bahwa tidak mungkin bisa sukses dengan memberikan fasilitas terbaik bagi karyawan dan membayar pajak penuh, “Tapi nyatanya bisa tuh,” ujarnya. Djunaidi Lie pun membagikan rahasia suksesnya. “Menyerahkan semua kehidupan kepada Tuhan.” ujarnya membuka rahasianya. “Serahkan semua kepada Tuhan dan berusahalah semaksimal mungkin, berdoa lebih banyak, membaca firman, dan hubungan dengan keluarga nomor satu harus dijalin, perlu kerja keras, perlu perjuangan, perlu dedikasi, perlu teman, perlu semua koneksi-koneksi tapi yang paling penting, kita perlu Tuhan.”
“Perusahaan adalah alat untuk memuliakan Tuhan,” tutupnya.
Sumber Kesaksian :
Djunaidi Lie
Sumber : V130828144015