Cara Jitu Hadapi Pasangan Yang Sakit

Single / 29 May 2013

Kalangan Sendiri

Cara Jitu Hadapi Pasangan Yang Sakit

eva Official Writer
6797

Pernikahan tentu tidak hanya berbicara mengenai momen di saat senang saja, namun juga di masa sulit. Banyak hal yang mungkin saja terjadi setiap saat seperti misalnya jika tiba-tiba musibah menghadang. Siapa yang bisa menjamin hidup berkeluarga selalu dalam keadaan bahagia dan sempurna?

Pasangan kita yang kelihatannya tampak sehat dari luar, tiba-tiba terserang penyakit yang cukup berat dengan waktu pengobatan yang lama. Tentu saja ini akan mempengaruhi kondisi kita yang merawat. Biasanya akan timbul kemarahan yang tertahan terhadap nasib buruk yang mendera, rasa takut, kecewa, merasa sendiri, malu, tidak berdaya, terpenjara, kehabisan energi dan banyak lagi perasaan negatif yang ikut menghantui. Sehingga tidak heran jika sebuah studi menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pasangan yang sakit berat dalam perkawinannya, dan merawat sendiri pasangannya, memiliki kemungkinan mengalami depresi 6 kali lebih berat dibanding yang tidak merawat sendiri pasangannya.

Jadi apa yang dapat dilakukan? Berikut adalah beberapa tips yang perlu kita perhatikan:

# Bangun komunikasi terbuka

Cobalah untuk terbuka membicarakan perasaan-perasaan diri kita, namun juga terbuka mendengarkan perasaan-perasaan pasangan. Namun upayakan untuk tahu batas, kapan bisa mengeluh dan kapan harus berhenti mengeluh. Kapan pasangan siap membicarakan sakitnya dan kapan ia sedang ingin menutup diri. Pada saat ini dibutuhkan kepekaan dan kebesaran hati kedua belah pihak untuk memahami apa yang sedang dirasakannya pada saat itu.

# Tetap setia dan jangan sesekali berpikir untuk mengurangi porsi cinta pada pasangan, apalagi mengubahnya dalam bentuk lain hanya karena dia sedang sakit. Jangan pula menganggapnya sebagai orang yang tak lagi berharga. Hidupkan komitmen Anda seperti di awal menikah untuk tetap menjadi pendamping hidupnya dalam situasi apa pun.

# Selalu menunjukkan rasa empati dan dukungan. Di antaranya dengan meyakinkan dirinya bahwa dia tidak sendirian dalam menjalani cobaan tersebut. Ada orang lain yang mungkin sakitnya lebih parah. Katakan juga Anda siap membantunya. Tentu saja ucapan semacam ini harus dibarengi dengan kenyataan.

# Tetap akui dan hargai keberadaannya. Jangan hanya karena dia sakit berat dan tak bisa berperan banyak, kita lantas mengabaikannya dalam mengambil keputusan. Meski sebatas sumbang saran, pasangan kita yang sakit tetap harus diajak bicara. Dengan begitu, perannya sebagai suami/istri dan ayah/ibu, tetap berfungsi baik dan ini ikut memotivasinya untuk sembuh. Ironis bila dengan alasan tak mau menambah bebannya, kita tidak melibatkannya dalam urusan-urusan penting. Sikap salah kaprah begini justru memangkas motivasi pasangan kita yang sakit untuk sembuh.

 

Sumber : berbagai sumber/Eva
Halaman :
1

Ikuti Kami