Kisah Nyata Sony: Kutukar Segalanya Demi Barang Haram

Family / 12 March 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Sony: Kutukar Segalanya Demi Barang Haram

Yenny Kartika Official Writer
9822

Kisah cinta Sony dan Santi diawali dari pertemanan sejak kecil.

Setelah bunga cinta kian lama kian bersemi, merekapun mengikat janji berpacaran. Dalam beberapa bulan di awal pacaran, Santi mulai mengenali adanya hal yang aneh pada kekasihnya. Ada rahasia yang Sony sembunyikan. Sony sangat sulit untuk ditemui dan suka menghindar.

Ternyata, itu adalah mekanisme yang Sony pakai untuk menutupi bahwa dirinya adalah pengguna narkoba. Hal inilah yang belum diketahui Santi: Sony ternyata seorang pecandu narkoba kambuhan. Dulu ia sempat berhenti, dan sekarang ia kembali lagi menyentuh barang haram itu.

 

Perkenalan dengan Narkoba

Awal mula Sony mengenal narkoba adalah dari seorang teman yang menawarkan peluang bisnis. “Ternyata dia menjual putauw,” kata Sony menjelaskan tawaran bisnis temannya. Sony menyetujui untuk terlibat dalam bisnis kotor itu. Baginya, toh selama ia bukan pengguna, tidak jadi masalah kalau ia mengedarkan putauw. Lagipula, ia hanya akan mengambil uangnya saja.

Sony salah mengira. Ujung-ujungnya, ia tidak bisa menolak pesona barang haram itu. “Untuk pertama kalinya saya merasakan sakaw,” terang Sony. Sony selalu siap sedia dengan stok “barang” yang selalu ia bawa kemanapun.

 

Pelarian

Sekarang Sony resmi menjadi pecandu narkoba. Lama-lama tindakannya berkembang menjadi keonaran. Ia mulai mengambil barang-barang yang ada di rumah untuk dijual, lalu uangnya dibelanjakan untuk bisnis narkoba.

Lama-kelamaan Sony merasa dia harus melakukan pelarian, agar tindak-tanduknya tidak terbongkar orang lain. Namun, saat Sony berpamitan kepada Santi, ia memperoleh jawaban, “Kalau aku engga boleh ikut, aku akan bunuh diri.” Akhirnya, Sony terpaksa memboyong sang kekasih tercinta.

Selama 1 bulan, mereka hidup bersama di Surabaya. Perlahan-lahan uang pun habis. Satu-satunya pilihan adalah pulang ke rumah.

Sesampainya di kota asal, mereka dinikahkan.

 

Bahtera Rumah Tangga yang Diterpa Badai

Bisa ditebak, pernikahan yang diawali dengan sesuatu yang salah, akan membentuk rumah tangga yang kerap diterpa masalah. “Bisa dibilang, hidup kami menderita. Setiap ada uang, selalu diambil oleh suami,” kata Santi.

Kelakuan Sony tidak kunjung berubah. Ayahnya tidak tahan lagi dengan tingkah Sony, sehingga Sony diusir dari rumah. Kebencian pun meliputi jiwa Sony. Dia ingin sekali membunuh sang papa.

Dengan hati gundah, Sony dan Santi terpaksa pergi ke rumah seorang kenalan. Kemudian, Sony dimasukkan ke pusat rehabilitasi narkoba. Apakah dengan begini permasalahan Sony bisa selesai dengan tuntas?

Bagaikan hanya sugesti belaka, pusat rehabilitasi tak membuat Sony jera. Setelah terapi dan perawatan usai, ia kembali lagi ke dunia kelamnya yang lama, mengonsumsi narkoba. Apalagi, dikelilingi dengan teman-teman yang sesama pengguna juga.

Sony terus “menikmati” narkobanya. Ia seakan-akan tidak peduli dengan penderitaan yang harus ditanggung istrinya. Santi masih ingat, waktu itu suaminya bahkan mengajak ia mengontrak sebuah gubuk yang kumuh dan tidak layak untuk tidur. Santi begitu sedih. Ia merasa bahwa seorang pembantu bahkan kehidupannya masih jauh lebih enak dibandingkan dengan dirinya.

 

Dilema

Di satu sisi, Santi memang mencintai Sony. Namun kalau sudah melihat kelakuannya yang terjerumus narkoba, Santi sangat kesal. Santi terus-menerus mengingatkan Sony bahwa mereka sudah kehabisan uang. Namun, apa daya, Sony harus tetap mendapat asupan narkoba. Jika tidak, badannya akan sakit. Oleh karena itu, apapun barang yang mereka punya, selalu dikorbankan untuk menutupi kebutuhan sakaw Sony.

Apa yang membuat Santi kuat menjalani masa-masa pahit itu?

“Saya percaya Tuhan itu ada,” kata Santi. “Suatu saat Tuhan pasti akan mengubah suami saya menjadi baik.”

Sementara itu, akal sehat Sony seakan musnah, meskipun ia telah dikaruniai anak.

 

Titik Balik

Suatu kali, dalam keadaan kacau, Sony keluar rumah dengan motor yang dipinjamnya. Ia melajukan motor itu dengan kencang sekali. Entah kenapa, Sony ingin menabrakkan motor itu ke sebuah mobil yang sedang melaju dari arah berlawanan. Sony sudah mendengar klakson dan melihat lampu jauh yang mobil itu berikan sebagai peringatan. Tapi Sony tak peduli.

Motor terus dikebut dengan kecepatan tinggi. Saat maut itu sudah di depan mata, tiba-tiba Sony mendengar sebuah suara: “Saat ini kalau kamu mati, kamu pasti masuk neraka.”

Tidak! Sony langsung menghentikan laju motornya.

Ia terkejut. Sony tidak ingin dirinya masuk neraka.

Sejak kejadian itu, hati Sony makin terasa kosong. Sony mencoba mencari jawaban dengan mengikuti pemahaman kerohanian. Namun, saat liburan tiba, Sony kembali ke tabiatnya yang lama.

Sony pergi ke rumah sang bandar narkoba. Ada satu hal yang tak ia sadari, yakni bahwa ia sedang dijebak. Rupa-rupanya, si bandar ini sudah diincar polisi.

Sony segera pulang ke rumah. Ia takut dirinya ditangkap. Untungnya, ia berhasil lolos, karena mobil polisi sudah lebih dahulu pergi sebelum Sony tiba di rumah.

Sementara itu, Santi sedang kelabakan. Uang di laci yang sudah ia sisihkan untuk membeli susu anak, rupanya diambil juga oleh Sony.

“Tidak apa-apa kalu ia tidak peduli dengan saya, tapi kalau sampai tak peduli juga dengan anak, sungguh keterlaluan,” ungkap Santi.

Santi pun menangis.

Sang suami masuk ke kamar dan menemukan istrinya menangis.

Santi merasa kecewa dengan Sony. Mengapa suaminya ini begitu tega tidak membela sang anak, padahal dalam keadaan susah sebesar apapun, Santi tetap setia berada di sisi Sony.

Dengan tertunduk malu, Sony mengembalikan uangnya yang gagal dipakai untuk beli narkoba. Santi heran juga kenapa suaminya tidak jadi memakai uang itu. Lalu Sony pun menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya.

Lalu Santi berkata, “Makanya, mulai sekarang papih nggak usah lagi mikirin mamih, tapi papih harus mikirin anak kita!”

Anehnya, saat kalimat itu terlontar dari mulut sang istri, seakan ada suatu selubung milik Sony yang terbuka. “Saya baru sadar bahwa selama ini istri saya tak pernah bahagia hidup bersama saya,” kata Sony. Saat itulah, Sony berkomitmen untuk berhenti memakai narkoba.

Sony kembali lagi ke pendidikan kerohanian. Teman-teman membantunya agar ia bisa lepas dari narkoba. Sony kali ini bersungguh-sungguh membulatkan tekad untuk bebas.

Ada satu momen penglihatan yang Tuhan tunjukkan kepada Sony. Suatu kali, Sony mendengar Tuhan berbicara kepadanya, “Sony, kamu tahu, kamu memiliki tempat di hati-Ku.Ketika kamu pergi meninggalkan-Ku, ada satu ruang kosong yang tidak terisi..sampai kamu kembali lagi kepada-Ku. Karena tidak ada seorangpun yang bisa mengganti tempatmu di hati-Ku.” Sony mulai mengerti betapa berharga dirinya di mata Tuhan.

Peristiwa itulah yang memantapkan Sony untuk mengucapkan selamat tinggal pada narkoba.

Sony pun berubah 180 derajat. Tidak ada lagi kebohongan yang Santi dengar dari suaminya. Santi mengenal suaminya sebagai Sony yang ia kenal di awal dahulu, sebelum Sony menggunakan narkoba.

Kini, Sony mengabdikan hidupnya menjadi pelayan Tuhan.

“Ini bukanlah kesempatan kedua. Tapi ini anugerah dari kesabaran Tuhan bagi saya.”

 

Sumber Kesaksian:

Sony Christiawan dan Santi

Sumber : V130311191704
Halaman :
1

Ikuti Kami