Zaman sekarang tidak aneh bagi kita melihat salib tergantung di leher para wanita, dan salib tersebut biasanya belum tentu menunjukkan iman kekristenan. Namun, Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, khawatir kalau-kalau salib telah menjadi permainan semata.
Dalam kata pengantar di buku Looking Through The Cross, Welby menulis, “Apakah kita sekarang hidup dengan simbol yang kehilangan kuasanya akibat waktu dan mode? Kekristenan dengan salib yang tidak berkuasa sama dengan Kekristenan tanpa tahta bagi Kristus, atau tanpa harapan bagi pengikut Kristus.”
“Kini, salib lebih sering dipandang sebagai simbol keindahan yang menggantung di leher Anda,” tulis Welby.
Welby tidak menyebutkan nama selebritis secara spesifik, namun sejumlah surat kabar Inggris sering mengutip kata-kata Welby dengan dibarengi foto Madonna dan sejumlah seleb yang kerap mengenakan simbol salib. Mereka juga acapkali tampil di panggung yang dihiasi simbol-simbol keagamaan. Beberapa desainer papan atas seperti Dolce & Gabbana dan Versace juga memakai salib dalam karya fashion mereka.
Buku Looking Through The Cross mengupas betapa berbedanya segala hal saat dilihat dari sudut pandang salib. Salib dibahas dari segi rekonsiliasi, kerendahan hati, identitas, kuasa, penderitaan, kehidupan, dan urapan. Tema semacam ini umum dibicarakan namun penulis Graham Tomlin memberikan arti tersendiri yang menyentuh hati dan pikiran para pembaca di tengah dunia yang bergolak ini.
Judul: Looking Through The Cross: The Archbishop of Canterbury’s Lent Book 2014
Penulis: Graham Tomlin
Penerbit: Bloomsbury Continuum
Bahasa: Inggris
Tahun Terbit: 7 November 2013
Ukuran: 19.6 x 12.7 x 1.5 cm
Tebal: 240 halaman
ISBN-13: 978-1408188477
Sumber : berbagai sumber/yk