Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji? (Amos 3:3 TB)
Pernikahan merupakan perjanjian antara dua orang berlainan jenis (pria dan wanita) untuk hidup bersama-sama sampai kematian memisahkan mereka. Perjanjian pasangan ini diteguhkan oleh pendeta (bagi yang beragama Kristen) di gereja disaksikan oleh sanak keluarga dan kaum kerabat kedua mempelai. Pertanyaan yang diajukan pendeta kepada kedua mempelai dapat berbunyi sebagai berikut: Saudara John, maukah saudara menerima wanita ini sebagai istri yang dijodohkan oleh Tuhan didalam pernikahan yang kudus ? Maukah saudara mengasihi dia , menghibur dia, menghormati dan memelihara dia baik pada waktu dia sakit maupun pada waktu dia sehat , serta melupakan orang lain tetapi hanya mengasihi dia saja, selama saudara berdua hidup didunia ini ? Mempelai pria kemudian menjawab "Ya Saya Mau!"
Kepada mempelai wanita hamba Tuhan itupun menanyakan pertanyaan yang sama Saudari Jeanne, maukah saudari menerima pria ini sebagai suami yang dijodohkan oleh Tuhan didalam pernikahan yang kudus ? Maukah saudari mengasihi dia , menghibur dia, menghormati dan memelihara dia baik pada waktu dia sakit maupun pada waktu dia sehat , serta melupakan orang lain tetapi hanya mengasihi dia saja, selama saudari berdua hidup didunia ini ? Mempelai wanita kemudian menjawab "Ya Saya Mau!" Pertanyaan pertama saya kepada anda adalah, siapakah yang mengatakan "Ya Saya Mau!"? Bukankah anda sendiri yang mengatakannya? Bukankah hal ini berarti bahwa jawaban yang anda berikan merupakan pilihan anda sendiri? Atau adakah orang yang memaksa anda? Mungkin dipihak wanita ada yang berdalih dengan mengatakan bahwa mahkota anda telah diambilnya. Bukankah hal ini juga merupakan pilihan anda untuk memberikannya dengan suka rela? Mungkin anda akan mengatakan sebagai dalih anda, dia memaksa saya! Tidak ada seorangpun yang dapat memaksakan kehendaknya tanpa persetujuan anda, kalau itu terjadi, namanya perkosa atau memperkosa. Jika hal ini terjadi dapat dilaporkan pada yang berwajib. Dengan demikian saya yakin bahwa anda saat ini sudah mengerti bahwa pertanyaan "maukah saudara/saudari menerima wanita /pria ini sebagai isteri/suami yang dijodohkan oleh Tuhan didalam pernikahan yang kudus" merupakan pertanyaan yang diajukan dengan pengertian bahwa jawaban yang anda berikan adalah jawaban berdasarkan pilihan anda semata-mata tanpa paksaan. Jawaban yang diberikan bersifat mengikat, apapun jawabannya!
Mempelai pria dalam upacara ini mengucapkan janjinya yang kira-kira berbunyi sebagai berikut, "Saya John mengambil engkau Jeanne menjadi istri saya, dengan mengasihi, menghormati, dan memelihara engkau sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, ini janjiku padamu!" Mempelai wanita kemudian juga mengucapkan janjinya yang kira-kira berbunyi sebagai berikut, "Saya Jeanne mengambil engkau John menjadi suami saya, dengan mengasihi, menghormati dan memelihara engkau sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, ini janjiku padamu!"
Apakah anda sudah membaca dan mengerti secara jelas tentang semua kalimat yang tercantum diatas? Seperti, "Maukah saudara mengasihi dia , menghibur dia, menghormati dan memelihara dia baik pada waktu dia sakit maupun pada waktu dia sehat , serta melupakan orang lain tetapi hanya mengasihi dia saja, selama saudara berdua hidup didunia ini? Bukankah ini merupakan sebuah pilihan yang anda berdua ambil tanpa paksaan? Apakah anda selama ini sudah menepati janji-janji yang anda ucapkan dihadapan Tuhan disaksikan oleh sanak keluarga serta kaum kerabat anda? Apakah anda sadar bahwa janji yang telah anda sanggupi dengan menjawab "Ya Saya Mau!" adalah janji yang tidak dapat dibatalkan sampai maut memisahkan anda?
Jika anda berdua sadar bahwa janji yang anda berdua sepakati adalah janji tanpa paksaan oleh siapapun dan dalam bentuk apapun juga, oleh karenanya harus ditepati dan tidak dapat dibatalkan sampai maut memisahkan anda berdua, maka dapat dipastikan kehidupan rumah tangga anda akan berjalan dengan harmonis. Tetapi kenyataannya bukan demikian bukan? Dimana letak kesalahannya? Bukankah anda berjanji untuk melupakan orang lain dan berjanji untuk mengasihi hanya pasangan anda seorang diri saja sampai maut memisahkan anda? Bukankah anda berdua juga telah berjanji untuk saling menghormati, saling mengasihi, saling memelihara sampai maut memisahkan anda berdua? Apakah anda telah lupa dengan janji-janji yang anda berdua sepakati dihadapan Tuhan dan jemaatNya? Apakah anda telah melaksanakan janji-janji anda ini?
Jika keharmonisan keluarga anda berkurang, izinkan saya mengajak anda kembali untuk mengingat janji-janji yang anda berdua telah sepakati. Anda berdua dapat secara bergantian mengulang dengan menyebutkan kembali janji-janji tersebut. Hendaklah anda menyebutkan janji-janji tersebut secara perlahan-lahan sambil meresapinya. Perasaan apakah yang timbul saat anda melakukannya? Apakah anda sadar ada suatu bisikan kecil dalam hati nurani anda tentang janji yang anda belum tepati, seperti misalnya, anda lupa untuk menepati janji untuk saling menghormati (mempermalukan/merendahkan derajat pasangan hidup anda), anda lupa janji untuk saling mengasihi (memaki, mengutuki, berlaku kasar), anda lupa janji untuk saling memelihara (memelihara kesucian pernikahan, memelihara kerukunan berumah tangga, memelihara kebutuhan primer dan lain-lain sebagainya), anda lupa untuk mengasihi pasangan anda seorang diri saja dengan melupakan orang lain (anda curhat dengan rekan lawan jenis ditempat dimana anda bekerja; pada mulanya tidak ada perasaan apapun juga, lama kelamaan karena sering curhat timbul perasaan suka dan kemudian perasaan ini mendorong perbuatan tidak terpuji).
Saya yakin jika anda saling mengingati bahwa anda berdua sudah mengikatkan hidup anda masing-masing dengan suatu perjanjian yang anda berdua telah sepakati bersama sampai maut memisahkan anda (lihat kembali Amos 3:3), maka rumah tangga yang harmonis sedang menunggu anda berdua. Amin.
Penulis
Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California
www.rccla.org
Baca juga artikel lainnya :
Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Kata-kata (1)
Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Kata-Kata (2)
Stefano Sanjaya: Life Story Akan Menguatkan Banyak Orang
Rayakan Natal Bersama Mitra CBN
Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD