Dalam hidup ini, kita dihadapkan dengan banyak sekali pilihan dan dari sekian banyak pilihan manakah yang akan kita pilih? Kita dapat memilih jenis pakaian yang akan kita pakai, makanan yang akan kita makan, berapa lama kita akan menghabiskan waktu nonton TV, berapa lama kita akan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna atau berapa lama waktu akan kita pergunakan untuk membangun sesuatu yang berguna bagi masyaarakat. Ditengah-tengah kemampuan untuk memilih ini ada kalanya sesuatu diberikan kepada kita tanpa kita dapat memilih, seperti siapa yang akan menjadi orang tua kita, etnis keturunan kita, warna kulit kita, wajah kita, jenis kelamin kita, semua ini mutlak berada dibawah kuasa Tuhan yang menentukannya bagi kita. Yang menjadi pertanyaan mendasar dalam artikel kali ini adalah, apakah kita siap menerima kedaulatan Tuhan yang memilihkan bagi kita hal-hal yang Ia inginkan? Ataukah kita menolak pilihan Tuhan dengan merubah atau memporak porandakan sesuatu yang baik yang telah Tuhan anugrahkan kepada kita, seperti kenapa Tuhan saya dilahirkan jadi pria / wanita? Kenapa Tuhan saya dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang kurang mampu? Kenapa Tuhan saya dilahirkan tanpa anggota tubuh yang lengkap? Banyak pertanyaan yang kita lontarkan terhadap kedaulatan Tuhan tanpa mengerti bahwa pilihan Tuhan itu selalu baik adanya dan tanpa mengerti cara kita berpikir sangat berbeda dengan cara Tuhan berpikir (Yesaya 55:8; lihat juga Ayub 42:3).
Kehidupan manusia pertama dimulai di Taman Eden dan Tuhan memberikan pilihan pada Adam dan Hawa untuk mengasihiNya dengan mengikuti perintahNya dan memperoleh kehidupan atau memilih untuk tidak taat pada perintahNya dengan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat dan mengalami kematian (kejadian 2:16-17). Adam memilih untuk tidak taat terhadap perintah Tuhan dengan memilih kematian dengan jalan memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Kematian yang merupakan efek dosa Adam ini diturunkan kepada kita sekalian, namun kepada kita sekalian diberikan sebuah pilihan untuk membebaskan diri kita dari kematian kekal dengan menerima Yesus sebagai Penebus, Juru Selamat, Raja dan Tuhan kita untuk menebus upah dosa kita dengan darahNya yang dapat memberikan jaminan kehidupan kekal bersamaNya kelak. Apakah kita akan memilih untuk menerima tawaran keselamatan ini? Hanya Tuhan dan kita masing-masing yang tahu jawabannya.
Kebebasan untuk memilih telah diberikan Tuhan kepada manusia sejak Ia menciptakan langit, bumi dan segenap isinya, namun dalam memilih manusia tidak terluput dari bisikan Roh Tuhan yang membimbing manusia untuk memilih yang baik dan benar. Tuhan mempunyai rencana bagi manusia ciptaanNya, demikianpun Setan, tapi hendaklah kita bijak untuk menilai yang mana yang merupakan rencana Tuhan bagi hidup kita. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah kita bersedia mengikuti bisikan Roh Kudus yang memberikan petunjuk kepada kita dalam hal memilih sesuatu seturut kehendakNya ataukah kita mengeraskan hati dengan mengikuti kehendak daging kita.
Kehidupan berumah tangga untuk pertama kalinya dimulai di Taman Eden dan di prakarsai oleh Tuhan yang memberkati pasangan pertama ini yaitu Adam dan Hawa. Keturunan mereka tidak dapat memilih siapa yang akan menjadi orang tua mereka, namun mereka dapat memilih apa yang ingin mereka lakukan dalam kehidupan ini. Kain misalnya memilih untuk membunuh adiknya Habel dengan menolak nasihat Tuhan yang berusaha menghindarkan Kain terjerat keinginan dagingnya (Kejadian 4:7). Demikian juga dalam kehidupan berumah tangga, suami dan isteri senantiasa diperhadapkan dengan banyak pilihan dalam menjalankan bahtera pernikahan mereka. Pilihan yang diberikan dapat dikategorikan sebagai sangat baik, baik, kurang baik, dan tidak baik (buruk). Jika hati dan pikiran manusia dipenuhi dengan segala sesuatu yang baik, maka manusia tersebut akan membuahkan sesuatu yang baik dalam pilihannya. Jika hati dan pikiran manusia dipenuhi dengan segala sesuatu yang jahat, maka manusia tersebut akan menjatuhkan pilihannya sesuai dengan apa yang ada dalam hati dan pikirannya, yaitu segala sesuatu yang jahat (Lukas 6:45). Dengan perkataan lain, jika hati dan pikiran manusia dipupuk dengan segala sesuatu yang baik, maka yang baik itu akan bertumbuh, tapi jika hati dan pikiran manusia dipupuk dengan segala sesuatu yang jahat, maka yang jahatlah yang akan bertumbuh - pilihannya ada pada manusia itu sendiri. Siapakah yang akan keluar sebagai pemenang, yang baik atau yang jahat?
Didalam hati dan pikiran setiap manusia selalu terdapat benih baik dan jahat. Benih baik akan keluar sebagai pemenang jika ia dipupuk dan dibiarkan bertumbuh dengan baik, namun sebaliknya benih jahatlah yang akan keluar sebagai pemenang jika ia dipupuk dan dibiarkan bertumbuh, bukankah semuanya ini tergantung dari peribadi lepas peribadi untuk mengizinkan benih mana yang dipupuk dan diizinkannya untuk bertumbuh? Untuk ini saya ingin mengajak anda sekalian untuk kembali merenungkan apa yang tertulis dalam Lukas 6:45, "Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." Bukankah ini merupakah sebuah pilihan yang diambil oleh peribadi yang bersangkutan?
Perkataan apakah yang ingin anda sampaikan kepada orang yang anda kasihi? Tindakan atau perilaku apakah yang akan anda tampilkan pada pasangan hidup anda? Apakah anda sudah terlebih dahulu menyaring perkataan yang ingin anda sampaikan? Apakah anda sudah terlebih dahulu merasakan dampak akhir dari perkataan yang keluar dari mulut anda? Apakah perkataan, perilaku dan tindakan anda sesuai dengan pernyataan anda "Aku Mengasihi Mu" kepada dia yang anda kasihi ataukah perkataan, perilaku dan tindakan anda lebih banyak mencerminkan suatu sikap permusuhan sekalipun anda mengatakan "Aku Mengasihi Mu". Baik perkataan yang ingin anda sampaikan, perilaku yang ingin anda tampilkan dan tindakan yang ingin anda ambil, semuanya milik anda dan andalah orang yang paling bertanggung jawab untuk menentukan buah yang akan anda cicipi. Sebelum semuanya terlanjur anda masih mempunyai kesempatan untuk merubah yang tidak baik menjadi baik. Bukankah ini juga merupakan sebuah pilihan yang anda ambil?
Saya berdoa, agar anda memilih untuk mengambil suatu sikap yang penuh dengan kasih ditunjang dengan perkataan, perilaku dan tindakan yang nyata. Semoga bermanfaat!
Penulis
Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California
www.rccla.org
Baca juga artikel lainnya :
Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Kata-kata (1)
Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Kata-Kata (2)
Mujizat Kesembuhan Terjadi Dalam Hidupku
Bakti Sosial (Berbagi Kasih Dengan Anak-Anak Tanah Merah - OBI)
Sumber : Rev. Dr. Harry Lee, MD.,PsyD